BLORA, INFODESANEWS – Terjadinya kerusuhan di Kota Wamena, Provinsi Papua beberapa waktu lalu mengakibatkan kondusifitas dan keamanan bagi warga pendatang terancam sehingga banyak yang mengungsi dan minta dipulangkan ke kampung halaman. Tak terkecuali warga asal Kabupaten Blora.
Setidaknya ada lima warga asal Blora yang dipulangkan Pemerintah dari Wamena menuju kampung halamannya. Kelima warga Blora yang dipulangkan dari Wamena tersebut, diantaranya, Sugiono (42), Kriswi Astanti (36), Mohammad Faizal Rifai (20), Febrina Nabylla Putri (2), dan Alisa Sofea Putri (1).
Kebetulan mereka berlima merupakan satu keluarga. Setelah diterbangkan dari Wamena pada Rabu siang, dan transit di Makassar. Akhirnya rombongan tiba di Bandara Internasional Juanda Surabaya pada hari Rabu (9/10/2019) pukul 19.30 WIB.
Setibanya di Surabaya, kelima warga dari Wamena ini kemudian dijemput oleh Pemkab Blora, yang terdiri dari Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A), Kasubbag KPK Bagian Kesra Setda, Sunyoto, Ketua Pelaksana Baznas, Fajri Agung Santoso, dan tim medis dari Dinas Kesehatan.
Setelah dijemput di Bandara, rombongan bertolak ke Blora melalui perjalanan darat dan tiba di Blora pada Kamis dini hari (10/10/2019) pukul 00.30 WIB. Langsung diantar ke rumah orangtua nya yang berada di Gang Koplak, RT 01, RW 01, Kelurahan Mlangsen, Kecamatan Blora Kota.
“Alhamdulillah, atas arahan Bapak Bupati, kita dari Dinsos P3A, bersama Baznas dan Bagian Kesra bisa memberikan bantuan pemulangan dari Wamena ke Blora. Keluarga Pak Sugiono bisa sampai kampung halaman dengan selamat dan bergabung dengan keluarga besarnya,” ucap Kepala Dinsos P3A, Dra. Indah Purwaningsih, M.Si.
Menurutnya, kedepan Dinsos P3A bersama beberapa pihak terkait akan mengupayakan agar keluarga Sugiono bisa meneruskan kehidupannya dengan layak di Blora.
“Kita telah berkoordinasi dengan Kemensos dan Baznas Kabupaten Blora. Kalau memang Pak Sugiono bersedia mengikuti proses rehabilitasi sosial dari Kemensos, akan kita fasilitasi. Nanti dari Baznas pun akan kita usahakan bantuan permodalan usaha. Akan dibahas bersama. Yang pasti akan ada bansos berupa sembako,” terang Dra. Indah Purwaningsih, M.Si.
Pihaknya mengakui bahwa untuk sementara baru lima warga yang dipulangkan ke Blora. Tidak menutup kemungkinan jika ada tambahan, pihaknya siap memberikan bantuan.
“Kita terus berkoordinasi dengan Pemprov Papua dan Komandan Yonif Raider 751/Wamena apabila ada warga yang ingin dipulangkan lagi,” pungkasnya.
Sementara itu, Sugiono, setibanya di Blora mengaku senang dan bersyukur karena bisa keluar dari Papua (khususnya Wamena) yang menurutnya sangat tidak kondusif.
“Semua barang dan rumah kami tinggalkan begitu saja saat kerusuhan yang kejam itu terjadi. Awalnya istri dan anak-anak saya yang diungsikan dahulu ke Markas Yonif, baru saya menyusul dan bersama-sama menuju Jayapura. Setidaknya ada dua minggu kami mengungsi sebelum terbang ke Surabaya dan pulang ke Blora. Terimakasih Bapak, Ibu semuanya yang telah membantu kami pulang kampung,” terang Sugiono yang berprofesi sebagai pekerja bengkel ini.
“Kami berharap kondisi Wamena dan Papua pada umumnya bisa segera pulih, kembali kondusif seperti sedia kala. Agar seluruh masyarakat terjamin keamanannya dan aktifitas ekonomi berjalan normal. Istri saya sudah takut, tidak mau kembali. Sedangkan saya sendiri belum tahu mau kembali atau tidak,” tambahnya.
Adapun Kriswi Astanti (36), istri Sugiono, menceritakan bahwa dirinya bersama suami mulai tinggal di Wamena sejak tahun 2007 hingga sekarang. Sudah beberapa kali pulang ke Blora untuk melahirkan anak, dan kembali kesana lagi.
“Anak saya empat, dua sekolah di Blora, dan dua di Wamena yang tadi ikut pulang. Sedangkan Faizal ini adik saya,” ucap Kriswi Astanti.
Orangtua Kriswi Astanti, Pak Mardiono (60), dan Bu Aminah Suwartini (63) tidak bisa membendung rasa gembira ketika mengetahui anaknya turun dari mobil. Mereka telah menunggu di depan Gang Koplak, seolah tak sabar ingin memeluk anak, menantu dan cucu cucunya.
“Sempat panik, takut, dan bingung karena beberapa hari lalu tidak bisa komunikasi, jaringan teleponnya diputus dua hari. Bahkan kalau bisa terbang, saya ingin menyusul ke Wamena. Tapi alhamdulillah sekarang anak saya, menantu dan cucu bisa pulang. Terimakasih atas bantuan pemerintah,” kata Mardiono.
Turut menyambut kedatangan rombongan dari Surabaya, Camat Blora, Dasiran, S.Ag, jajaran Forkopimcam, perwakilan Kesbangpol Blora dan tokoh masyarakat setempat. (Tim Liputan Blora)