Penulis Djati Walujastono
Dengan terjadinya pandemik virus Corona atau Covid-19, dimana pada tanggal 5 Mei 2020 seluruh dunia yang sudah terinfeksi sebanyak 3.640.692 Orang dan meninggal sekitar 251.836 Orang, dan sembuh 1.192.920 Orang.
Dimana awalnya penyakit Covid-19 ini adalah penyakit epidemik, dimana penyebaran bermula adalah di Wuhan, China, dan negara sekitarnya seperti Hongkok dan Taiwan. Kemudian penyakit ini berubah menjadi penyakit pandemik, yaitu tingkat penyebaran penyakit ini yang paling tinggi. Suatu penyakit dikatakan pandemik apabila sudah menyebar secara cepat ke seluruh dunia dengan tingkat infeksi yang tinggi.
Dengan situasi yang tidak baik ini, para ilmuawan, pembuat obat dan perusahaan kesehatan dikatakan telah berlomba untuk mengembangkan berbagai jenis vaksin, obat, antivirus, antibodi monoclonal (merupakan bagian dari imunoterapi), antibiotik, penguat imunitas, dan kortikosteroid (obat yang yang bisa mengatasi peradangan). Kemudian upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan farmasi atau Industri Litbang baik di Indonesia atau negara-negara lain untuk membuat obat virus Corona. Diantaranya penelitian dan pengembangan obat, vaksin , metode pengobatan dan sejenisnya sebagai berikut:
- Remdesivir
Remdesivir adalah obat antivirus, sebuah prodrug analog nukleotida baru, yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Gilead Sciences sebagai pengobatan untuk infeksi penyakit virus Ebola dan virus Marburg, meskipun ditemukan juga aktivitas antivirus yang wajar terhadap virus yang terkait seperti virus pernapasan respirasi, virus Junin (yang menyebabkan penyakit Argentine Hemorrhagic Fever), virus demam Lassa (virus demam berdarah. Jenis itu satu keluarga dengan virus Ebola dan Marburg tetapi jauh lebih mematikan), dan virus kor-MERS.
Remdesivir yang dulunya dipakai untuk mengobati Ebola dan Hepatitis, sekarang di Amerika Serikat di pakai untuk mengobati penyakit pandemik Covid-19. Hasil uji klinis pada pasien Covid-19 yang diterbitkan 29 Aprril 2020 menunjukkan pasien penerima Remdesivir pulih 30 % lebih cepat daripada menggunakan plasebo. Plasebo adalah sebuah pengobatan yang tidak berdampak atau penanganan palsu yang bertujuan untuk mengontrol efek dari pengharapan.
Amerika serikat menyetujui untuk sementara penggunaan Remdesivir sebagai obat dalam penanganan pasien terpapar virus Corona. Hal ini karena saat uji coba ke pasien Covid-19 menunjukkan hasil yang lebih cepat setelah diberi obat tersebut. National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) atau Lembaga Penyakit Infeksi dan Menular Nasional AS menunjukkan bahwa pasien Covid-19 yang telah diberi remdesivir sembuh empat hari lebih cepat daripada yang tidak diberi remdesivir.
- Plasma darah
Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, di mana sel darah ditutup. Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman yaitu lembaga penelitian biologi molekuler dibawah Kemetrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dengan dukungan Badan POM dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan siap menerapkan pengobatan metode plasma pemulihan ini beberpa minggu kedepan. Rencana LBM Eijkman ini mengikuti beberapa negara yang sudah menerapkannya.
China dan Iran adalah beberapa contoh negara yang sudah menerapkan pengobatan tersebut dan berhasil. Setelah berhasil maka Iran membagi pengalamannya ke beberapa negara sahabat seperti Jerman, Perancis, dan Itali. Negara Iran adalah negara yang pertama kali menerapkan format riset dan laporan secara konsisten tentang pengobatan metode plasma darah untuk penyembuhan pasien yang terpapar SARS-CoV-2. Bagi pasien yang sembuh dari terpapar Covid-19, bisa mendonorkan plasma darahnya yang masih mempunyai antibodi yang baik ke pasien lain yang baru terpapar virus Corona. Antibodi dalam plasma darah bisa menetralisir virus yang ada tubuh pasien yang terpapar Covid-19. Terapi ini bisa disebut terapi kekebalan pasif berupa pemberian plasma darah dari dari pasien Covid-19.
Terapi plasma darah ini disebut sebagai convalescent plasma (plasma pemulihan) ini setidaknya sudah digunakan dalam mengobati wabah Spanyol pada tahun 1918 dan wabah campak tahun 1934. Dan juga dipakai dalam pengobatan penyakit pandemik SARS tahun 2002-2003, H1N1 (influenza A) tahun 2009, dan MERS tahun 2012.
- Madu & Nigella Sativa/Black Seed/Habbatus Sauda/Jinten Hitam
Sambil menunggu penelitian dan penemuan obat atau vaksin untuk mengatasi virus Covid-19, bagi umat Islam punya suatu keyakinan yaitu menggunakan madu dan atau habbatus sauda, sebagai penangkal Covid-19. Lebih dari 1.400 tahun yang lalu, Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa madu dapat menyembuhkan manusia dari berbagai macam penyakit. Madu digambarkan di dalam Al-Quran sebagai sumber penyembuhan:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,’ kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (Quran Surat An-Nahl Ayat 68-69)
Terkait madu sebagai obat untuk penyembuhan, terdapat beberapa hadis yang meriwayatkannya:
“Kesembuhan itu ada pada tiga hal, yaitu : dalam pisau pembekam, meminumkan madu, atau pengobatan dengan besi panas (kayy). Dan aku melarang ummatku melakukan pengobatan dengan besi panas (kayy)” (HR. Bukhori).
Madu dipercaya mempunyai khasiat untuk menambah kekebalan tubuh manusia. Madu merupakan campuran senyawa fruktosa (38,5 persen) dan glukosa (31,0 persen). Selain itu ada karbohidrat seperti maltosa, sukrosa, dan karbohidrat kompleks lainnya.
Madu memiliki sifat antioksidan yang mampu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas yang menyebabkan berbagai penyakit. Telah terbukti, mengonsumsi madu mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Madu mampu merangsang tubuh untuk memproduksi sel-sel imunitas dan metabolisme tubuh akan menjadi lebih kuat. Madu juga memiliki fungsi sebagai melawan bakteri dan virus yang ada dalam tubuh.
Dalam hadist Nabi SAW: “Sesungguhnya di dalam Habbatus Sauda (Jinten Hitam) terdapat penyembuh bagi segala macam penyakit, kecuali Kematian” (HR. Bukhori & Muslim)
Nigella sativa ternyata dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan dapat juga dijadikan sebagai bioregulator, hal ini dikemukakan oleh Prof. G. Reimuller, Direktur Institut Imunologi dari Universitas Munich. Bioregulator adalah katalisator yang bekerja terhadap proses-proses dari suatu sistem kehidupan, yang dapat juga disebut biokatalisator. Bioregulator yang terpenting dalam enzim, vitamin, mineral, serta hormon.
Hal ini dikarenakan karena jinten hitam bisa menghasilkan sel-sel T yang baik untuk menghasilkan imunitas yang kuat bagi tubuh kita. Sel T atau limfosit T adalah kelompok sel darah putih yang memainkan peran utama pada kekebalan seluler. Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Dan juga black cumin dapat dijadikan obat bagi penderita kanker, AIDS, dan Covid-19.
Demikianlah beberapa penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh ilmuawan, peneliti, perusahaan obat dan steke holder lain dalam mengatasi penangkalan terhadap penyakit pandemic virus Corona. Karean setiap penyakit pasti ada obatnya. Dalam kitab Ath-Thibbun Nabawi(Pengobatan Nabi SAW) yang ditulis oleh Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah, ditemukan sejumlah riwayat yang menjelaskan, setiap penyakit yang Allah turunkan ada obat penawarnya.
*Profile Penulis:
- Ketua Dewan Riset Daerah (DRD) Blora
- Staf Khusus Bupati Blora, bidang Iptek, Pengentasan Kemiskinan, Pemberdayaan Masyarakat dan Kearifan Lokal
- Dosen Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik Ronggolawe (STTR) Cepu
- Pengajar Pemboran, SMK Migas Cepu
- Wakil Ketua Komunitas Sapi Indonesia (KSI), Jateng dan DIY
- Penasehat Komunitas Sapi Indonesia (KSI) Blora
- Dewan Pembina KOMBAT TNI-POLRI DPD Blora
- Dewan Pengawas Yayasan ITTIBAA’UL IHSAN Cepu