Semarang, Infodesanews.com – Setiap manusia lahir dengan berbagai potensi yang dimiliki. Namun demikian, potensi yang dimiliki menjadi semakin terhambat oleh karena keterbatasan fisik. Hal tersebut diungkapkan oleh Helen Intania dari LSM PPRBM Training Sensifitas Kelompok Perempuan yang diikuti oleh RW se-kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang Semarang dilaksanakan kemarin (14/12/2017) di balai kelurahan Tandang.
“Setiap manusia yang terlahir di dunia ini, mempunyai potensi dan permasalahannya yang berbeda” Kata Helem setelah salam pembuka. “Meskipun terlahir dengan keterbatasan fisik atau cacat, kita tidak perlu menyebut istilah tersebut apalagi mengucilkan mereka. Selayaknya istilah cacat harus diganti dengan sebutan difabel. Difabel ini bisa berupa gangguan intelektual, gangguan mental, gangguan fisik maupun gangguan sensorik”. Terangnya pada para peserta.
Lebih lanjut, ia mengajak pada masyarakat untuk dapat memberdayakan potensi mereka. Bukan hanya sekedar berbicara dengan rasa iba.
“Kita semua memang iba, tetapi jangan hanya karena kasihan maka mereka tidak mendapatkan haknya untuk dapat berkembang sebagaimana layaknya kawan sebaya mereka. Mereka harus dididik, dilatih dan diberdayakan agar mampu bertahan dan berbaur sebagaimana lazimnya. Mereka dan kita adalah sama, hanya sebatas makhluk Tuhan. Maka, kita dan mereka adalah setara” demikian Helen memberikan pemahaman.
Sementara itu, Dwi Supratiwi juga menegaskan hal serupa. Aktivis perempuan dan kegiatan sosial tersebut menerangkan berbagai kasus salah paham dan salah penanganan pada penyandang difabel.
“Tadi sudah kita saksikan bersama. Sebuah drama yang mementaskan lakon seorang penyandang difabel. Hal tersebut masih dan sering terjadi pada masyarakat kita saat ini.” Ungkap Tiwi. “Untuk itu kami perlu mengajak pada para kader yang mengikuti pelatihan ini, bila nanti di tengah masyarakat ada anak difabel supaya bisa menjadi pionir dalam menangani kasus serupa dengan baik dan benar.” Tegasnya menghimbau.
Lurah Tandang, Suwito berharap agar para peserta bisa fokus dan serius dalam pelatihan tersebut. “Pelatihan ini sangat penting bagi kita semua. Untuk itu kami berharap pada semua peserta untuk bisa fokus dan serius dalam mengikuti” Kata Suwito.
Bertemakan membangun kepekaan tentang difabilitas perempuan dan anak, kegiatan dimaksudkan sebagai upaya penghormatan dan perlindungan terhadap penyandang difabel. Training yang diikuti oleh kader dari organisasi perempuan dan kelompok difabel ini, dibuka dengan pementasan drama yang mengisahkan sebuah keluarga dengan anak penyandang masalah difabel. Drama ilustrasi tersebut menggambarkan penanganan yang tidak tepat dan berakhir pada penganiayaan.