SOLO — INFODESANEWS, Programme for International Student Assessment (PISA) mencatat kualitas literasi di Indonesia masih sangat rendah. Hal itu yang kemudian mendorong Pemkot Solo pun menggendong platform digital Hafecs dan Guru Inovatif, untuk mengukur kualitas pendidikan di Kota Solo. “Masa pandemi Covid-19 ini guru dituntut untuk memberikan pembelajaran yang berbasis blended learning,” ujar Chief Business and Innovation Guru Inovatif William Rahadi, Kamis (16/12).
Ia menyebut untuk di Solo ini ada sebanyak 3.212 guru dan 12.300 murid yang dilibatkan dalam program pengawasan dan pelatihan. Untuk itu program dari Hafecs dan Guru Inovatif ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Solo. “Dengan menggunakan metode blended learning, baik secara literasi maupun secara numerasi bisa tingkatkan kualitas guru,” katanya.
Ia mengatakan sebelum mengikuti program ada pretest dan tes untuk mengetahui angka literasi dan numerasi guru dan murid. Setelah pembekalan selama dua bulan, kata dia, diharapkan ada peningkatan dari para guru dan murid dalam mendidik siswa. Dari sisi guru, ada peningkatan kualitas 20 persen dalam metode pembelajarannya. “Sebelum mendapat pembelajaran angkanya berada di posisi 60 persen, setelah mendapat pembekalan menjadi 80 persen,” tutur dia.
Begitu juga murid yang awalnya hanya berada di posisi 50 persen, lanjut dia, juga meningkat menjadi 68 persen. Rencananya program ini akan dilanjutkan di beberapa kota lain, seperti Jakarta dan Surabaya. “Solo kita pilih karena saat ini menjadi pusat perhatian secara nasional. Kabupaten lainnya di Soloraya juga menjalankan program ini,” ucap dia. Ia menambahkan berdasarkan hasil literasi numerasinya, Solo berada di peringkat ketiga. Untuk peringkat pertama dari sisi guru diraih Karanganyar, sedangkan dari murid diperoleh Sukoharjo. (ism/tl/hr/*)