Lanjutnya, salah satu inisiatif utama dalam perhelatan seni ini adalah proyek “Kado dari Jogja untuk Pram”, di mana seniman dari 18 komunitas berbeda menerjemahkan kutipan-kutipan Pramoedya dalam bentuk mural dan karya seni lainnya.
“Pramoedya adalah simbol perlawanan melalui kata-kata. Kami ingin masyarakat Blora menyadari bahwa warisannya bukan sekadar sejarah, tetapi juga kekuatan untuk memahami kehidupan dan perjuangan,” paparnya
Lebih lanjut, tidak hanya dari Yogyakarta, seniman yang terlibat juga berasal dari berbagai daerah, termasuk Jakarta dan bahkan Australia. Dalam pameran seni di Art Space Blora, berbagai karya yang terinspirasi dari Pramoedya dipamerkan, menggambarkan ketertarikan global terhadap pemikiran dan karya sastra sang maestro.
“Untuk Generasi Muda Pram tidak akan pernah hilang,” terangnya.
Adi Kristian Toro menegaskan bahwa semangat Pramoedya harus tetap hidup dan terus diperjuangkan.