Semarang, Infodesanews.com – Kejadian yang menimpa pasangan suami-istri Surani (58 tahun) dan Endang Wasiati (46 tahun) agustus silam mendapat sorotan dari Dinas Sosial Kota Semarang. Kejadian yang menimpa warga Karangsawo Barat RT 7 RW 2 Kelurahan Bongsari Semarang. Tommi Y Said Kepala Dinas Sosial Semarang siang tadi (09/10/17) menjenguk korban di rumahnya. Bersama Juwariah Kasi Linjamsos (Perlindungan dan Jaminan Sosial), TPD (Tim Penjangkauan Dinsos) dan Tagana (Taruna Siaga Bencana) memberikan tali asih berupa paket sembaku (1 dus mie instan, 2 liter minyak goreng, 2 paket lauk pauk, 1 botol kecap, 2 bungkus biskuit, dan 10 kg beras), 2 buah selimut, dan 2 buah matras sebagai tali asih. Demikian ini diberikan karena korban sudah mendapatkan fasilitas KIS dan enggan menerima tawaran rawat inap maupun rawat jalan di RSUD Wongsonegoro Ketileng Semarang dengan fasilitas ambulan hebat untuk antar-jemput.
Kepada Lurah, RT dan RW Tommi berpesan agar setiap kejadian dapat secepatnya dilaporkan pada pemerintah agar secepatnya mendapat respon. Bila tidak dapat secara langsung bisa melalui Tim yang telah dibentuk oleh Dinas Sosial. “RT, RW dan Lurah harus siap dan sigap dalam mengatasi persoalan sosial di masyarakat” Pesan Tomi.
Kronologi bermula di sore hari -+18.00 WIB sepulang kerja (bangunan) Surani membantu istri mempersiapkan warung yang ada di pelataran rumah. Saat memasang tabung terdengar suara gas bocor. Mendengar tabung yang mendesis Surani bertindak cepat dengan mencopot selang elpigi dan memasukkan tabung ke dalam ember cucian yang berisi air. Meski berhasil mengganti silk karet dan tabung gas namun naas tak terhindar. Kondisi gas yang terlanjur menyebar memenuhi ruangan (warung) berakibat ledakan api (kebakaran gas meledak). Ledakan dan luapan api sesaat tersebut mengakibatkan Surani dan istrinya mengalami luka bakar serius.
Warga yang mengetahui hal tersebut segera membawa korban ke Rumah Sakit dengan fasilitas KIS (Kartu Indonesia Sehat). Sempat di rawat dalam waktu kurang lebih dua pekan keduanya diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan. Akibat kejadian tersebut keduanya tidak dapat berjalan selama kurang lebih dua bulan lamanya.
Menurut pengakuan Surani obat luka bakar yang digunakan dengan cara oles yang diberikan tidak memberikan tanda-tanda kesembuhan. Untuk mempercepat proses kesembuhan keduanya memilih pengobatan alternatif dalam bentuk obat telan dengan harga yang susah dijangkau untuk ukuran keluarga tersebut.
Surani yang berprofesi sebagai pekerja bangunan memiliki 3 orang anak. Anak pertamanya laki-laki sudah berkeluarga dan tinggal di lain kelurahan terpaksa setiap hari harus kembali bersam istrinya untuk merawat Surani dan Endang. Anak keduanya seorang perempuan yang berusia 18 tahu sudah bekerja (berhenti sekolah sejak kelas 5 SD), dan anak ketiganya yang berusia 16 tahun baru kelas IX di SMP swasta yang dekat dengan rumahnya. Kejadian ini diketahui setelah ada postingan di sebuah Grup Facebook dan segera ditindaklanjuti oleh Tim Penjangkauan Dinsos. (Rif/yono)