BANYUMAS, INFODESANEWS – Saka Kalpataru dan Saka Wanabakti Kwarcab Banyumas bersama Karangtaruna dan elemen masyarakat Desa Kemutugkidul Kecamatan Baturraden Banyumas, mengadakan penanaman pohon konservasi di Sempadan Sungai sekitar Curug Orak arik dan penanaman pohon di lahan masyarakat Desa Kemutugkidul Minggu (30/12).
Pamong Saka Kalpataru dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Subarkah Setyonagoro mengatakan bahwa sampai saat ini batasan sempadan sungai, belum banyak dipahami atas kewajiban dan tanggung jawab sebagai masyarakat yang berdomisili langsung dengan sungai.
“Kegiatan dalam rangka Bulan Bakti Saka 2018, Saka Kalpataru dan Saka Wanabakti menggelar kegiatan Gerakan Aksi Untuk Lingkunganmu (Gaul) Nabung Oksigen. Melalui kegiatan menanam pohon ini ada sedikit wawasan kepada masyarakat dan para pecinta lingkungan arti sempadan sungai yang harus kita jaga bersamaā€¯ jelasnya
Barkah menambahkan ada beberapa jenis bibit pohon yang ditanam antara lain pohon mahoni, sirsak, damar, jati dan cempedak dengan jumlah sekitar 800 bibit.
Barkah mengaku senang kegiatan mendapat dukungan dari kepala desa, tokoh masyarakat, Babinsa, Karangtaruna, PIK Remaja, komunitas burung dan masyarakat. Menurutnya kegiatan ini sangat penting untuk pendidikan anggota Pramuka dan generasi muda untuk terus mencintai lingkungan, baik konservasi lahan atau pengendalian dampak dari sampah serta pemanfaatannya.
Sektretaris Karangtaruna Satria Taruna Jaya 8 Desa Kemutugkidul Tinto Fourdianto mengatakan dirinya sangat mendukung gerakan peduli lingkungan yang dilaksanakan oleh pramuka dengan nama Gerakan Aksi Untuk Lingkungan (GAUL).
“Kami sangat mendukung karena program ini diusung agar masyarakat teredukasi dan sadar akan tanggung jawab dalam menjaga lingkungan hidup, dan bukan hanya terkonsentrasi pada peran penyelenggara negara, karena kami dari Karangtaruna, PIK Remaja dan komunitas burung KIBIC mempunyai program yang sama,” katanya
Menurutnya edukasi dan aksi nyata itu sangat penting karena tanaman untuk menambah pasokan oksigen (O2) dilingkungan untuk mengurangi efek gas rumah kaca dari produksi Karbondioksida (CO2).
“Pembelajaran nyata secara berkesinambungan diperlukan kolaborasi terus menerus sampai dengan terasa manfaatnya bagi peserta ataupun masyarakat,” tambahnya