Semarang, Infodesanews.com – Merapikan diri dalam berorganisasi kian digiatkan mendekati satu abad usia Nahdlatul Ulama (NU). Sebuah refleksi dalam Harlah NU ke 95 (dalam versi kalender hijriyyah NU lahir pada 16 Rajab 1344) yang dilaksanakan di Gedung Majlis Ta’lim PCNU Kota Semarang Jalan Puspogiwang I No 47 Gisikdrono Semarang Barat Kota Semarang (02/04). Dalam kesempatan tersebut Rois Syuriah PCNU Kota Semarang, KH Hanif Ismail LC mengungkapkan bahwa Ulama bangkit saat umat lemah.
Dikatakan, sejarah lahirnya NU dilandasi berbagai dengan gerakan kebangkitan Ulama, “Ulama bangkit ketika bangsa indonesia saat itu dalam kondisi tertindas” Kata Kiai Hanif. Lebih lanjut Kiai yang mengasuh PP Roudlatul Qur’an an Nasimiyyah itu menerangkan bahwa Ulama bangkit untuk menjaga kesejahteraan, keadilan, dan kedamaian umat. Sebab, ketika kedamaian terusik maka kekhusyu’an dalam beribadah ikut terusik.
Kiai yang pernah menjadi DPR RI tersebut juga mengingatkan sejarah berdirinya NU. Diterangkan, bahwa kebangkitan Ulama dalam rangka membela umat di mana kolonialis terus menekan bangsa hingga secara de jure menjadi negara yang merdeka. Lebih lanjut, gerakan kebangkitan Ulama di Indonesia juga tampak setelah merdeka yang terus menindas. Hal tersebut menjadi latar belakang KH Hasyim Asy’ari membangkitkan semangat para ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan mengeluarkan resolusi jihad yang di era saat ini diresmikan sebagai hari santri nasional
“NU lahir untuk 2 hal, yakni ri’ayatud din dan ri’ayatud daulah (menghidupkan agama dan menghidupkan negara-red)” tuturnya, “Ulama harus bangkit untuk meluruskan pemahaman umat tentang agama” lanjutnya. Dikatan, sejarah lahirnya NU dilatarbelakangi adanya paham agama yang pada saat itu melalui KH Wahab Chasbullah dahulu Ulama Indonesia memberikan peran besar dalam Komite Hijaz
Diterangkan, kejayaan bermula dari gerakan, “NU tidak akan jaya, Indonesia tidak akan damai kalau kita diam” tandasnya. NU harus selalu sadar dengan segmentasi yang ada. Disebutkan, NU memiliki JQH sebagai tempat bagi para ahli qur’an, IPNU mewadahi pelajar, LKNU konsen pada bidang kesehatan dan sebagainya, “Di sinilah peran NU bagi umat” ungkap Kiai Hanif menegaskan.
Sementara, Ketua PCNU Kota Semarang, Drs KH Anashom MHum, menyampaikan sepintas tentang progress gerakan PCNU Kota Semarang. Diungkapkan, yang dilakukan PCNU berkaitan rutinitas dan program kegiatan strategis. Kiai yang dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang menyampaikan beberapa kegiatannya, yakni; dari gerakan pendidikan yang saat ini LP Ma’arif NU membawahi 72 sekolah NU dari MI sampai MA terus meningkatkan kualitas dengan peningkatan kompetensi guru dan prestasi siswa, kemudian Lazisnu bersama LKNU (Lenbaga Kesehatan Nahdlatul Ulama) yang telah berhasil mendirikan Klinik Pratama. Gerakan Lazisnu dengan mengelola koin NU saat ini juga dapat mengoperasionalkan ambulan gratis. Lebih lanjut Lazisnu Kota Semarang perlu dipacu agar bisa seperti Sragen, “Lazisnu kota semarang ini perlu kita pacu” tukasnya. Ia berharap agar Klinik yang sudah ada terus didukung agar terus berkembang dengan cara mempromosikan klinik tersebut pada para jamaah.
Diterangkan, PBNU memiliki program pendirian RS di berbagai daerah dengan cara kerjasama dengan PT Wika (Wijaya Karya Persero). Ia menjelaskan bahwa rencana semula untuk di daerah Podorejo Ngaliyan akan digunakan sebagai lembaga pendidikan atau sekolah. Namun, dengan adanya program PBNU-WIKA, maka akan dikaji ulang teknisnya. Menurutnya, lokasi tersebut dapat dibangun sebagai tempat pendidikan yang terkait dengan dunia kesehatan dan juga rumah sakit, “Kalau kita punya kekuatan bersama, maka kita bisa menghasilkan sesuatu yang besar” pungkasnya.