SOLO – INFODESANEWS, Masa belajar di rumah bagi siswa SD, SMP, SMA/SMK di Kota solo diperpanjang sampai tanggal 13 April 2020, akibat wabah Virus Corona. Artinya keinginan siswa untuk segera belajar bersama guru dan teman-temannya di sekolah secara tatap muka atau aruh-aruhan masih harus disimpan di hati dan pikiran masing masing.
Psikolog Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Drs Soleh Amini Yahman MSi mengemukakan, peserta didik harus memperpanjang kesabarannya untuk belajar bersama teman-temannya. “Saya khawatir kondisi ini akan menimbulkan declining social relationship (DCR) atau hubungan sosial yang meluruh di kalangan siswa,” ujarnya kepada wartawan di Solo, belum lama ini.
Sony –panggilan akrab Soleh Amini Yahman mengatakan, para siswa bisa bisa lupa nama teman- temannya di sekolah atau lupa caranya bersekolah. “Oleh karena itu mari dipersiapkan konsep dan aplikasi belajar di rumah, bukan libur yang menyenangkan dan menyehatkan,” ujarnya. Untuk itu, kata Sony, hindari penggunaan kata libur untuk menyebut belajar di rumah.
Tentang belajar online atau daring, jika hal itu tidak dipersiapkan secara seksama maka belajar online yang demikian ini akan merusak konstruksi psikologis peserta didik. Kognisinya (cara berfikirnya) akan mengalami regiditas (kekakuan) dan kemampuan afeksinya akan terdistorsi oleh tekanan pembelajaran yang tidak terstruktur dan banyaknya tugas tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik atau siswa.
Oleh karena itu pembelajaran daring, kata Sony, harus dipersiapkan secara matang, cermat dan akurat, terutama dalam hal media yang akan digunakan dalam interaksi pembelajaran. Siswa harus dipastikan dapat mengoperasikan, dapat menggunakan dengan lancar media pembelajarannya. Apakah menggunakan zoom meeting, openlearning, schology, windows classroom, ruang guru, WAG atau media media lainnya tidak menjadi masalah, yang penting siswa sepakat dan familier dengan media tersebut.
Persiapan lainnya yang juga urgen adalah materi pembelajarannya. Menurutnya, guru dalam memberikan materi pembelajarannya harus disiplin dengan berpedoman kepada silabus pembelajaran yang telah disusun dan telah disosialisikan kepada siswa pada masa masa diawal semester sebelumnya.
Guru tidak boleh berimprovisasi yang terlalu jauh dari silabus atau rencana pembelajarannya sehingga menyebabkan terjadinya inkonsistensi. Jika terjadi inkonsistensi maka siswa akan bingung dan menjadi ragu ragu dalam mengeksekusi tugas tugas belajarnya.
Selanjutnya, persiapan yang menyangkut penataan tempat belajar di rumah. Apakah situasi di rumah sudah memenuhi kaidah belajar yang quit learning, pencahahyaan ruangan yang cukup, sirkulasi udara yang memadai, densitas atau kepadatan yang tidak menimbulkan kebisingan (noise) dan kesemrawutan (crowded).
“Dalam masa belajar di rumah ini, berilah siswa kesempatan juga untuk juga bersenang-senang, seperti misalnya jika hari-hari akhir pekan, Sabtu dan Minggu janganlah ada postingan materi belajar, apalagi disertai tugas-tugas yang harus segera dikerjakan oleh siswa. Biarlah siswa sekadar bermain game, nonton TV, atau nonton film kesukaannya, atau bercanda dengan hewan peliharannya. Seperti kata Walikota Solo, siswa ojo kakehan diwenehi PR. Orang tua saya sarankan tidak terlalu banyak turut campur dalam belajar online ini. Berilah siswa untuk belajar mandiri dan membuat keputusan sendiri atas apa yang menjadi tugas-tugasnya. Keterlibatan orang tua diperbolehkan sepanjang hanya membantu pada hal hal yang sifatnya teknis, buka pada pengambilan keputusan atas apa dan bagaimana siswa berproses dalam belajarnya,” ujarnya. (hr/*)