Blora,Infodesanews.com – Ratusan Kelori yang berasal dari berbagai plosok nusantara menghadiri Festival Kelor Blora 2018 di Puri Kelorina, Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran pada hari Jumat (27/7) lalu.
Festival tersebut resmi dibuka oleh Wakil Bupati H.Arief Rohman dan disaksikan jajaran Forkopimcam Kunduran, mahasiswa IPB Bogor yang sedang melaksanakan KKN di Desa Ngawenombo, para Keloris dan masyarakat umum.
Dalam sambutanya, orang no 2 di Blora tersebut mengaharapkan dalam Festival Blora 2018 bisa menginspirasi dunia. Mengingat, apa yang dipamerkan dalam festival tersebut merupakan aneka produk olahan berbahan dasar Kelor terbaik di dunia.
Ia, mengaku senang dan bangga atas terselenggaranya acara itu. Menurutnya festival itu merupakan gebrakan luar biasa di Kabupaten Blora, sebab selama ini Blora hanya terkenal dengan Jatinya saja,” semoga kedepan tanaman Kelor ini bisa menjadi salah satu ikon Blora yang mendunia,” ungkap Arief Rohman.
“Kami mewakili Bapak Bupati sangat mengapresiasi terselenggaranya Festival Kelor 2018 ini. Terimakasih kepada Pak Dudi yang sudah mewujudkan mimpi besarnya mengharumkan nama Blora melalui tanaman kelor. Dari beliau ini sudah lahir banyak keloris yang kini menyebar di Indonesia bahkan dunia,” katanya
lanjutnya, bahwa Desa Ngawenombo yang dahulu tertinggal dan letaknya pelosok, kini juga sudah menjadi desa berkembang dan banyak masyarakat bekerja dan berkecimpung di dunia perkeloran.
“Saat ini, akses jalan menuju Puri Kelorina sudah kita bangun sehingga seluruh tamu dari berbagai penjuru bisa datang dengan nyaman. Tolong nanti Pak Camat bisa mengusahakan pemasangan plang penunjuk arah agar lebih banyak lagi yang tahu kalau di Desa Ngawenombo ini ada Puri Kelorina,” pintanya.
Tentunya dengan terselenggaranya festival ini, pihaknya berharap produk-produk Kelor yang dihasilkan di Blora patut untuk dipamerkan ke berbagai ajang expo di kota-kota besar Indonesia.
“Agar produk kelor Blora bisa dikenal luas, nanti Pak Dudi kita ajak keliling mengikuti pameran,” tutupnya.
Sebelumnya, Ir. Ai Dudi Krisnadi selaku owner PT. Moringa Indonesia dan pemilik Puri Kelorina Desa Ngawenombo yang memprakarsai pelaksanaan festival mengatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya sekedar pameran produk olahan tanaman kelor saja.
“Selama festival hingga 31 Juli nanti sejumlah kegiatan akan dilaksanakan. Diantaranya Demo cara pembuatan makanan dan minuman dari tanaman kelor, Demo membuat kosmetik dari minyak biji kelor, Temu Usaha Keloris Nusantara, Seminar Moringa in Advance “Khasiat dan Manfaat Kelor”, Seminar Bisnis Kelor, serta Kunjungan ke Kebun Kelor Organik hingga melihat pengolahannya. Silahkan datang,” beberpnya, di sela pembukaan festival.
Menurut Kang Dudi (panggilan akrabnya), salah satu latar belakang pengembangan tanaman Kelor olehnya adalah gizi buruk. Dimana di Indonesia masih banyak anak-anak yang mengalami kekurangan gizi untuk tumbuh kembangnya. Padahal 2030 nanti Indonesia mengalami bonus demografi.
Diungkapkan, bahwa sudah banyak pengunjung dari mancanegara yang datang ke Puri Kelorina miliknya untuk belajar menanam dan mengolah tanaman kelor. Dirinya juga mengekspor tepung kelor ke berbagai negara di Timur Tengah dan Eropa. Bahkan pernah ditawari menjadi Keloris di Malaysia, namun ia menolaknya dan memilih Blora sebagai tempat tinggalnya.
“Tentunya saya berharap agar generasi Indonesia bisa tumbuh sehat dan pintar,maka dari itu kami kenalkan pada tanaman Kelor ini. Kelor yang hanya sebagai tanaman liar untuk pakan ternak di Sulawesi dan Nusa Tenggara, serta dianggap tanaman dengan khasiat mistis di wilayah Jawa, ternyata mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan,” harapnya.
“Kami ingin berawal dari Blora ini, dunia akan tahu begitu besarnya khasiat kelor. Karena ini merupakan festival produk Kelorina tingkat nasional yang pertama di Indonesia,” tutup Kang Dudi.
Pantauan dilapangan tampak para peserta memamerkan seluruh hasil inovasi mereka. Jika dahulu mereka ke Puri Kelorina untuk belajar mengolah tanaman kelor, kini mereka kembali lagi untuk menunjukkan hasil inovasinya untuk mengikuti festival.
Beberapa jenis olahan kelor (moringa-red) yang dipamerkan adalah teh kelor, minyak kelor, tepung kelor, kosmetik berbahan dasar tepung kelor, serta berbagai jenis olahan makanan berbahan dasar kelor seperti mie ayam kelor, moringa shake jahe secang, kue kelor, coklat kelor, hingga kapsul kelor yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh.
Beny, salah satu keloris asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang hadir di Festival Kelor Blora 2018 mengaku dirinya sudah berada di Blora sejak tiga hari lalu. Ia sengaja datang lagi ke Puri Kelorina untuk mengikuti festival dan memperdalam ilmu dalam pengolahan tanaman kelor.
“Kelor di NTT merupakan tanaman liar dan tingginya sama halnya dengan pohon jati kalau di Blora. Awalnya belum banyak yang tahu khasiat Kelor. Namun sejak saya belajar dengan Pak Dudi, kini sudah berjalan lima tahun menjalankan usaha kelor di Kupang,” ucap Beny.
Dirinya mengolah tanaman kelor untuk pengobatan penyakit. Menurutnya tepung kelor yang dikemas dalam bentuk kapsul memiliki banyak manfaat untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mengobati beragam jenis penyakit.(sp