SOLO — INFODESANEWS, Pakar Kimia UNS Prof Dr Eddy Heraldy MSi menyatakan, hand sanitizer dan disinfektan merupakan oplosan berbahaya bagi manusia. Disinfektan adalah racun (toxic) yang efeknya bisa akut (cepat) dan dapat pula berefek kronis (lambat). “Pada dasarnya, semua disinfektan berbahaya bagi manusia karena memang untuk membunuh kuman (bakteri, jamur dan virus),” jelas Prof Eddy Heraldy, baru- baru ini.
Demikian halnya pembuatan hand sanitizer (HS) dari bahan seadanya, Eddy menyatakan tidak disarankan. “Bahan utama HS itu adalah alkohol atau isopropyl alkohol. Sekali lagi alkohol, bukan ciu (kadar alkoholnya masih rendah) apalagi methanol yang lebih berbahaya. Sebab, methanol kalau teroksidasi akan menjadi formaldehid (formalin) yang kita kenal sebagai pengawet mayat, bukan untuk pengawet makanan. Dengan alkohol yang 40% saja dari minuman keras yang paling mahal sekalipun, masih tidak disarankan untuk pembuatan HS,” jelasnya.
Eddy mengungkapkan, saat ini banyak ditemui, masyarakat dan lembaga yang membuat HS untuk upaya membantu atau swadaya sendiri sebagai upaya membersihkan tangan dalam periode waktu tertentu. Di saat kondisi seperti ini sebenarnya membuat HS tidak masalah asal saja formula dan senyawa yang digunakan adalah aman sesuai dengan rekomendasi dari WHO.
Menurut Guru Besar Kimia UNS ini, hand sanitizer yang direkomendasikan WHO harus mengandung bahan dasar etil alcohol (C2H5OH) dengan konsentrasi akhirnya adalah 80% v/v atau kalau dengan isopropyl alkohol (2-propanol) dengan konsentrasi akhirnya adalah 75% v/v; baru kemudian konsentrasi akhir gliserol 1,45% v/v; dan hydrogen peroksida (H2O2) 0,125% v/v.
Menurutnya, pembuatan HS bisa juga menggunakan daun sirih yang sudah sangat terkenal sebagai disinfektan alami, namun kurang praktis. “Kalau tidak ada HS, daripada susah payah membuatnya, sebaiknya cuci tangan saja dengan sabun mandi, atau sabun cuci minimal 20 detik dengan air mengalir, maka virus akan hilang,”ujarnya.
Sementara itu terkait penyemprotan disinfektan, menurut Eddy, dampak positifnya, ya lingkungan rumah, tempat ibadah, dan lainnya semakin bersih. Tetapi juga ada dampak negatifnya. “Banyak menggunakan disinfektan yang mungkin berbahaya serta tidak sesuai dengan dosis sehingga berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya apalagi tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD),” ungkapnya.
Jika menggunakan metode penyemprotan dengan bilik (chamber), kata Eddy, harus menggunakan disinfektan yang aman bagi manusia. Meski pada dasarnya disinfektan ini ditujukan untuk membunuh virus. Namun seandainya terpaksa sekali, dalam penerapannya harus menggunakan disinfektan yang direkomendasikan otoritas kesehatan dengan konsentrasi yang diizinkan.
“Misal kita gunakan ozon, ya konsentrasi ozonnya tidak boleh lebih dari 0,3 ppm yang dipaparkan selama 15 menit atau konsentrasi sebesar 0,06 ppm selama 8 jam perhari. Sanggupkah kita mengadakan ozon? dan apakah efektif membunuh virus untuk paparan hanya 30 detik misalnya,” jelasnya.
Menghadapi kondisi seperti sekarang ini terkait dengan Covid-19, Prof Eddy pun menyarankan, “Jangan lebay, tapi tidak juga abai’. Tetap berhati-hati dan waspada dengan disinfektan.” (hr/tyo)