KUDUS, INFODESANEWS – Adanya mosi tidak percaya beberapa bulan yang lalu atas kepemimpinan K SPSI Kudus Wiyono, SH., maka musyawarah pengurus, menentukan Drs. Andreas Hua sebagai Pjs., yang semula sebagai wakil ketua dan akan memimpin hingga diadakannya Muscab. Sebagai organisasi buruh terbesar SPSI adalah lahan perjuangan bagi pentolan-pentolan aktivis buruh yang sebagian malah belum pernah menjadi pekerja/buruh, bisa jadi kepemimpinan K SPSI Kudus akan menjadi perebutan.
Menurut Bin Subiyanto M., selaku Ketua Serikat Pekerja Kependidikan Seluruh Indonesia (SPKSI K SPSI) Kabupaten Kudus, saat diwawancari Infodesanews.com, Minggu 28/06/2020 di kantor sekretariat jalan Bhakti Nomor 32A, Burikan, mengungkapkan, pihaknya tidak tahu pasti soal adanya Muscab tidak ada info dan pemberitahuan, mungkin karena SPKSI seperti tidak dianggap penting sebab anggotanya belum ada seribu.
“Saya tidak tau pastinya, akan digelar muscablub apa muscab biasa, cuma mendengar dari grup wa demikian. Meski SPKSI kami tidak dianggap ada oleh kepengurusan K SPSI Kudus karena anggota kurang dari seribu orang guru, TU, peminat pendidikan, namun kami tidak tersinggung, meski begitu SK SPKSI Kudus tahun 2016 ada tersimpan datanya di kabupaten”, ungkapnya.
Dalam pandangan pak Bin sapaan akrabnya, tentang peran dan fungsi SPSI di Kudus, “Kota Kudus adalah kota terkecil se Indonesia, tetapi tahu nggak kota Kudus juga penyetor pajak terbesar cukainya se Indonesia, dan pada hakekatnya peran SPSI adalah menciptakan Harmonitas Pekerja dengan Pengusaha dalam arti luas”. “Ya luas dalam wilayah maupun bentuk usaha termasuk pekerja pendidikan pun harus harmonis dengan yayasan dan institusi dinas, yang dalam industri sering disebut dengan Bipartit ( Pekerja dengan perusahaan) dan Tripartit, ditambah unsur pemerintah”, jelasnya.
Kabupaten Kudus adalah penopang APBN, 2 tahun lalu setiap bulannya 3 triliyun bahkan lebih setoran cukai rokok ke pemerintah pusat. Ini berarti 10% APBN disangga oleh Rokok Kudus. “Rokok Kudus menyumbang 10 % dari APBN setiap tahunnya, karenanya, SPSI Kudus harus punya wawasan nasional, tidak sekedar kemampuan manajemen organisasi dan performance Kudus saja, meski tinggal di Kudus”, lanjut pak Bin yang sudah mengajar sebagai guru SMA di beberapa sekolah di Jateng sejak tahun 1977 hingga 2007.
“SPSI Kudus harus menjalin kerjasama Tripartit, selain harmonis juga seimbang dan proporsional, maksudnya jangan tinggi hati tapi juga jangan rendah diri, bahasa jawanya ojo wedinan nanging ojo kemlinthi. Mampu menciptakan kebersamaan di internal dan kekuatan serta wawasan secara eksternal dan prinsip perjuangan SPSI menurut saya SPSI menjadi perekat antara Buruh dan Juragan atau harmonitas pengusaha dan pekerja”, pungkasnya. (MU/Rz)