Mulai Diburu, Perkutut Jawa Simbol Pembawa Keberuntungan

INFODESA247 Dilihat

SOLO, INFODESANEWS | Burung dari hutan yang kini digemari untuk dirawat dalam sangkar adalah perkutut jawa. Masyarakat juga biasa menyebutnya sebagai perkutut lokal. Bagi sebagian orang, perkutut memiliki keunikan yang disebut dengan katuranggan, yang artinya ciri fisik yang bagus. Bicara mengenai Perkutut Lokal, hampir selalu dikaitkan dengan hal-hal mistis yang kadang diluar nalar. Karena sejak jaman dahulu, Perkutut memang diyakini memiliki kekuatan ghaib/supranatural, terutama dalam tradisi kepercayaan masyarakat Jawa.

Dengan memelihara Perkutut, khususnya Perkutut Lokal dengan katuranggan tertentu, diyakini bisa mendatangkan rejeki, menaikkan jabatan, membuat rumah tangga tentram dan untuk meraih kekayaan bagi pemiliknya, serta untuk tujuan-tujuan lainnya. Kegemaran masyarakat Jawa memelihara Perkutut untuk dinikmati suara anggungannya yang indah sudah menjadi tradisi sejak jaman dahulu.

Pada jaman kerajaan Majapahit, Perkutut hanya dipelihara oleh kalangan Bangsawan/Ningrat saja. Tradisi memelihara Perkutut tersebut terus berkembang secara turun-temurun sampai saat ini, baik dikalangan Keraton maupun masyarakat umum sekarang ini banyak yang memiliki hobi memelihara Perkutut, baik itu Perkutut Lokal maupun Perkutut Bangkok.

Katuranggan hanya ada pada perkutut. Dengan mengetahui katuranggan dari burung tersebut, pemiliknya bisa meramalkan bagaimana kualitas burung. Cukup melihat pada bagian katuranggan, maka sudah bisa dipastikan bagaimana suara yang akan dikeluarkan. ”Mitosnya, bagi yang memelihara burung perkutut lokal katuranggan ini bisa mendatangkan rezeki dan keberuntungan bagi pemiliknya,” demikian ungkap Fitri Hasta Merdeka, SH, penghobi burung perkutut asal Solo belum lama ini.

Burung perkutut lokal, kata Hasta Merdeka, memiliki keunikan dan kelebihan sendiri dibanding dengan jenis perkutut thailand atau perkutut bangkok. Suara perkutut jawa relatif pelan, kecil, dan tipis. ”Tapi suara kung perkutut lokal ini terdengar lebih cepat dan suara kung patah-patah itulah salah satu daya tariknya,” jelas Hasta yang juga anggota PERBAKIN.

Umumnya, burung perkutut yang dipelihara sebagai klangenan oleh kebanyakan penghobi, biasanya hanya diberi makan berupa biji-bijian seperti milet putih, jewawut, milet merah, dan gabah berukuran kecil dengan sedikit ketan hitam. Ada juga penghobi yang memberikan pakan tambahan seperti biji sawi, biji godem, dan pakan ekstra untuk kebutuhan mineral berupa tulang sotong. Pemberian pakan untuk menjaga kesehatan dan stamina burung perkutut yang dipelihara di sangkar. ”Kalau pakan terjaga, staminanya juga terjaga,” katanya.

Perkutut peliharaan, lanjut Hasta, juga memerlukan penjemuran di bawah sinar matahari langsung. Untuk penjemuran burung perkutut biasanya di tiang kerekan dengan ketinggian kurang lebih tujuh meter. ”Dalam sehari harus kena terik panas sinar matahari, agar burung bisa lebih fresh,” jelasnya.

Yang menarik, sebagian penghobi juga ada yang memberi perlakuan berbeda terhadap burung perkutut, misalnya memandikannya dengan air leri atau bekas cucian beras dicampur beberapa daun sirih. Tujuannya tak lain agar penampilan bulu burung perkutut lebih bersih, tajam, mengkilat, dan indah.

Setelah dijemur, burung bisa diangin-angin di teras rumah yang tidak terkena sinar matahari langsung. Burung perkutut siap manggung dan dinikmati alunan irama suara kung yang terus-menerus. ”Ada perasaan bahagia yang tak ternilai kala mendengarkan alunan irama kung burung perkutut. Apalagi jika saling bersahut-sahutan, merdu sekali,” tandas Hasta. (*/her)