SOLO, INFODESANEWS | KH. Muhammad Ali Naharussurur, bagi masyarakat Kota Solo dan sekitarnya cukup dikenal dengan sapaan “Abah Ali”. Beliau dikenal dengan sosok yang sering menangani atau membina preman yang ingin sadar maupun bertobat. Dengan begitu, dakwah beliau dinilai mudah dipelajari dan dipahami masyarakat dari berbagai latar belakang.
Abah Ali merupakan salah satu putra dari pasangan Alm. KH. Naharussurur bin Syafi’i dengan Alm. Hj. Muttaqiyah, yakni seorang tokoh agama yang telah berjasa mendirikan sebuah Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta yang terletak di tengah kampung Tegalsari, Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, tepatnya berseberangan dengan Masjid Al-Asy’ari dan berdampingan dengan Basecamp SAR Juba Surakarta.
Metode dakwah yang dilakukan berbeda yaitu menyampaikan dahwah sekaligus membimbing masyarakat yang memiliki latar belakang seorang preman. Hingga abah Ali mendirikan basecamp SAR Juba Surakarta pada tanggal 26 Febuari 2007 di kawasan Pondok Ta’mirul Islam Surakarta.
Anggota tim SAR pun berasal dari jamaah yang sudah bergabung sejak awal dengan Abah Ali, yakni orang-orang yang telah sadar dan bertobat dengan dedikasi tolong-menolong serta memberikan manfaat untuk orang banyak. SAR Juba juga mencakup ke seluruh wilayah dan terbuka terhadap semua kelompok yang ada mulai dari masyarakat biasa sampai mantan preman.
SAR Juba merupakan kelompok relawan aksi cepat tanggap yang ikhlas dilatih demi kemanusiaan. SAR Juba Surakarta memuat beberapa kegiatan sosial oleh orang-orang di dalamnya, seperti mengamalkan jiwa sosial dengan memberikan pertolongan bagi mereka yang sedang mengalami musibah, bencana maupun kesulitan. Tempat ini juga menampung orang-orang yang berniat untuk bertobat dan memberikan wadah bagi mereka untuk mempelajari tentang agama Islam di kehidupan sehari-hari.
Basecamp SAR Juba Surakarta telah menampung orang-orang yang mayoritas pernah melakukan hal-hal menyimpang dengan latar belakang yang berbeda, seperti: menggunakan narkoba, mencuri, mabuk, berzina, dan berjudi.
Adanya wadah atau tempat penampungan bagi para preman yang ingin bertobat ini membuat mereka masih seperti dianggap sebagai manusia yang mempunyai kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang baik. Dengan begitu, mereka pun membuktikan bahwa seorang preman bisa bertobat ke jalan Allah dan bermanfaat bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya. Bersambung….(red slo)