M. Rikza Chamami
Mahasiswa Program Doktor Studi Islam & Dosen UIN Walisongo
Bulan Rabi’ul Awwal dalam kalender hijriyyah selalu memberikan makna yang istimewa. Kenapa? Karena di tanggal 12 diperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw. Walaupun kelahiran Nabi sudah 1445 tahun berlalu, hingga kini (2017) masih dimeriahkan.
Sebagian muslim masih ragu akan peringatan Maulid Nabi, bahkan ada yang menganggap itu bid’ah. Untuk itu perlu sekali dijelaskan dalil-dalil yang berdasar dari hadits Nabi Muhammad tentang peringatan maulid Nabi itu.
Dalam kitab Al Faraidus Saniyyah wad Durarul Bahiyyah karya KH M Sya’roni Ahmadi dijelaskan secara khusus mengenai dalil-dalil menghormati perayaan maulid Nabi Muhammad. Di halaman 4 tertulis bab empat dengan judul Al Adillatu fi Sunniyyati Ta’dzimi Maulidin Nabi Shallahu ‘Alaihi Wasallam.
Ada sembilan hujjah yang diambil dalam menjelaskan sunnahnya perayaan maulid Nabi. Ada satu hadits, empat pendapat khulafaurrasyidin dan empat pendapat ulama salaf.
Salah satu hadits Nabi Muhammad Saw yang menjelaskan sunnahnya perayaan maulid Nabi secara jelas disebutkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من عظم مولدي كنت شفيعا له يوم القيامة ومن انفق درهما في مولدي فكانما انفق جبلا من ذهب في سبيل الله
Artinya:
Rasulullah Saw telah bersabda: “Barangsiapa memuliakan hari kelahiranku maka kelak akan mendapatkan syafaatku di hari kiamat. Dan barangsiapa berinfaq dirham dalam peringatan maulid Nabi, maka sama dengan pahala infaq gunung emas di jalan Allah Swt”.
Dengan hadits Nabi itu jelas sekali bahwa peringatan maulid Nabi adalah sunnah. Bahkan sunnah yang demikian bukan sunnah biasa, tapi sunnah yang sangat luar biasa.
Kenapa? Karena peringatan maulid Nabi merupakan amalan dunia tapi menjadi pahala di akhirat. Bahkan pahala di akhirat dobel: syafaat (pertolongan) Nabi di hari kiamat dan senilai pahala infaq gunung emas.
Hadits ini cukup menjadi hujjah dalam pelaksanaan maulid Nabi. Di Indonesia, pelaksanaan maulid Nabi sudah diselenggarakan sejak zaman Walisongo. Saat jaman kerajaan, semua Keraton Islam selalu menggelar maulid Nabi. Dan saat Indonesia merdeka hingga sekarang, maulid Nabi selalu menjadi acara resmi negara.
Sebagai penguat hadits Nabi, empat khulafaurrasyidin yang merasakan hidup bersama dengan Nabi Muhammad juga menjelaskan secara eksplisit manfaat perayaan maulid.
Sahabat Abu Bakar Assiddiq menyebutkan:
من انفق درهما في مولد النبي صلى الله عليه وسلم كان رفيقي في الجنة
Shabat Umar bin Khattab berkata:
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد احيا الاسلام
Sahabat Utsman bin Affan menjelaskan:
من انفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم فكانما شهد يوم وقعة بدر وحنين
Sayyidina Ali bin Abu Tholib berkata:
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم لا يخرج من الدنيا إلا بالايمان
Lengkap sudah kiranya dalil penjelas mengenai perayaan maulid Nabi yang telah ditegaskan oleh empat shahabat penerus perjuangan Nabi yang jelas-jelas hidup bersama-sama Nabi saat masih hidup.
Sayyidina Abu Bakar berjanji akan menjadi teman setia di surga bagi para umat Islam yang mau berinfaq untuk perayaan maulid Nabi.
Sayyidina Umar menegaskan bahwa salah satu cara menghidupkan Islam adalah dengan merayakan maulid Nabi. Ini menjadi anti tesa bahwa jika maulid Nabi dilarang, sama dengan membunuh Islam.
Sayyida Utsman juga telah memberikan penguatan bahwa pahala infaq untuk maulid Nabi setara dengan berjuang saat perang di jaman Rasulullah.
Sedangkan Sayyidina Ali menandaskan betapa iman itu penting untuk tetap dipertahankan hingga akhir hayat. Dan salah satu jaminan keimanan itu adalah dengan perayaan maulid Nabi–dimana dengan perayaan maulid Nabi manusia tidak akan meninggalkan dunia kecuali dalam kondisi beriman.
Semoga tulisan singkat ini menjadi ibroh bagi setiap muslim dalam rangka memantapkan perayaan maulid dalam yang berdasar pada syariat Islam. Merayakan maulid Nabi sama dengan menghidupkan Islam. Jangan pernah padamkan maulid Nabi kalau Islam ingin hidup selamanya.*)