LAMPUNG SELATAN, INFODESANEWS – Kemajuan teknologi dan digitalisasi berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, membawa dampak besar bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk komunitas masyarakat adat. Namun, di balik kemudahan akses informasi dan peluang ekonomi digital, terdapat ancaman serius jika masyarakat adat tidak segera beradaptasi.
Salah Satu Paksi di Marga Ratu Keratuan Ratu Menangsi, Doni Afandi, S.E Gelar Kakhiya Pukhba Makuta, mengatakan bahwa masyarakat adat hari ini masih mengalami ketertinggalan dalam memahami dan mengakses dunia digital.
“Kita tidak bisa menutup mata bahwa masyarakat adat masih jauh tertinggal dalam pemanfaatan teknologi. Padahal, di satu sisi, digitalisasi bisa menjadi sarana untuk melestarikan budaya, memperluas jaringan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka,” kata dia pada infodesanews.com, Rabu (12/02/2025)
Doni juga mengungkapkan data pengguna internet di Indonesia yang begitu masif akan tetapi menjadi tantangan yang kini dihadapi oleh masyarakat adat
“Menurut data We Are Social dan Hootsuite (2024), pengguna internet di Indonesia telah mencapai lebih dari 212 juta orang, dengan penetrasi media sosial yang terus meningkat. Namun, masyarakat adat masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan akses infrastruktur hingga rendahnya literasi digital” ungkap doni
Disinformasi dan Ancaman Identitas Budaya
“Kemajuan digital juga membawa risiko besar bagi masyarakat adat. Kemudahan berbagi informasi melalui media sosial telah menyebabkan penyebaran hoaks dan disinformasi yang semakin sulit dibedakan.
“Hari ini, benar dan salah semakin bias. Disinformasi bisa dengan mudah menyebar, bahkan merusak nilai dan tradisi yang telah dijaga turun-temurun oleh masyarakat adat,” tegas Doni.
“Selain itu, derasnya arus informasi global dapat mengikis identitas budaya masyarakat adat. Tanpa pemahaman yang baik terhadap teknologi, generasi muda di komunitas adat berisiko kehilangan akar budayanya karena terpengaruh oleh budaya luar yang masuk melalui media sosial dan platform digital lainnya” sambung doni
Perlunya Aksi Nyata dalam Literasi Digital Agar tidak semakin tertinggal
Masyarakat adat perlu mendapatkan dukungan nyata dalam hal literasi digital dan infrastruktur teknologi. Doni Afandi menekankan bahwa ada beberapa langkah yang harus segera dilakukan, antara lain :
Pendidikan Literasi Digital
• Mengadakan pelatihan literasi digital berbasis komunitas untuk membantu masyarakat adat memahami cara menggunakan internet secara aman dan produktif.
• Melibatkan tokoh adat dalam proses edukasi agar lebih mudah diterima oleh masyarakat setempat.
Penguatan Infrastruktur Teknologi
• Pemerintah dan sektor swasta harus berkolaborasi dalam membangun akses internet yang merata di wilayah adat.
• Memastikan masyarakat adat mendapatkan fasilitas teknologi yang mendukung mereka dalam menghadapi era digital.
Pemanfaatan Digital untuk Pelestarian Budaya
• Mendorong komunitas adat untuk mendokumentasikan dan menyebarluaskan budaya mereka melalui platform digital seperti YouTube, podcast, dan media sosial lainnya.
Kolaborasi dengan Akademisi dan Lembaga Nonprofit
• Institusi pendidikan dan organisasi masyarakat sipil perlu terlibat aktif dalam membangun ekosistem digital yang ramah bagi masyarakat adat.
Dengan masif nya era digital saat ini, doni juga menghimbau bahwa masyarakat adat harus menjadi pelaku aktif dan menciptakan peluang untuk kemajuan, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat
“Masyarakat Adat Harus Jadi Pelaku Aktif dalam Era Digital, digitalisasi tidak boleh menjadi ancaman bagi masyarakat adat, melainkan harus dimanfaatkan sebagai peluang” pungkasnya
“Kemajuan teknologi adalah keniscayaan. Jika tidak disiapkan sejak saat ini, masyarakat adat tidak hanya tertinggal tetapi juga berpotensi kehilangan jati diri mereka. Inilah saatnya kita memastikan bahwa digitalisasi membawa manfaat bagi semua, bukan hanya bagi mereka yang memiliki akses lebih dulu,” tegasnya.**(red/Beben)