KUDUS | INFODESANEWS – Bertemu dengannya di tengah jamaah selesai sholat Idul Adha tahun 2020 ini merupakan kebetulan. Maka langsung menyisihkan waktu duduk sejenak di serambi masjid.
“he,he, alhamdulillah semakin banyak ya jumlah hewan kurban. Inilah fakta Indonesia, tingkat ketaqwaan makin kuat”. Begitulah mantan aktifis kampus 1978 ini menyambut awak media. Senior yang terus mendorong kader kader kampus dan Lsm untuk jangan berhenti kritis dan berani bereaksi terhadap kondisi politik bangsa ini.
“Semua ditentukan oleh Politik lihat saja, ekonomi, budaya, seni pendidikan, sosial pemerintahan, bahkan keagamaan, keamanan dan pertahanan, kesehatan ditentukan negara dan sering kelihatan penyelenggara negara di presure oleh kekuatan politik tertentu”.
“Bagaimana penilaian anda mas?”, tanyaku
“ini sudah menuju totaliter tersamar namanya”, Jawab, Bin Subiyanto, yang banyak orang memanggil Mas.
” Lalu?”
“Tentu akan muncul reaksi rakyat, atau setidaknya yang mewakili 50 persen warga bangsa ini”.
“Itu sudah ramai banyak memasang baliho Habib Rizieq, bagaimana komentar anda?”
“HRS itu simbol perlawanan kepada rezim, juga reaksi terhadap situasi kondisi yang sekarang membuat rakyat bingung dengan hebohnya Covid tak teratasi. Juga berita di medsos yang full, tapi media mainstreem tidak menayangkan fakta-fakta, tentang demo dan lainnya, itu membuat publik kecewa terhadap pemerintah”.
“Itulah maka rakyat butuh tokoh perlawanan dan maaf kebetulan yang ada HRS, sebagai simbol”.
“Lho, piye tah?”, ujarku keheranan.
“Manusia itukan Animal Simbolicum, mahluk yg suka bicara dengan Bahasa Simbol”. ujarnya.
Saat ditanya adakah hubungannya Idul Adha dengan situasi sosial politik sekarang?.
“Perintah Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim hakekatnya adalah menyembelih kesyirikan, sesuatu yang dicintai lebih dari Cinta pada Tuhan”, terang mas Bin.
“Jadi Ismail itu simbol, maka pertanyaannya, bisakah penguasa yang sangat cinta pada kedudukannya berani mengakui kesalahannya misalnya?”, tegasnya.
“Itu makna kurban ditinjau dari filsafat”,
Percakapan sejenak Jumat pagi, menjelang penyembelihan Hewan Kurban, menambah pengertian baru bahwa Manusia adalah Animal Symbolicum, yang biasa menggunakan bahasa simbol, lambang atau sanepo dalam istilah jawa.
Menukik pertanyaan Infodesanews, terkait soal Presiden Jokowi yang menyalonkan Putra dan menantunya dalam Pilkada mendatang. Mas Bin menjawab dengan hati hati.
“Untuk Mas Jokowi yang saya mengenal tahun 2003 lalu, saya ingin katakan, Mas Jokowi sebagai Muslim ikutilah Nabi Ibrahim. Hilangkan Nafsu Kedudukan bagi putra dan menantunya, urungkan saja pencalonan itu. Ojo kedlonyor, kelewat, Ngono yo Ngono nanging Ojo Ngono”.
Kita ambil pelajaran positip dari Idul Qurban.
Di akhir percakapan dengan awak media ini Mas Bin, berkata agar kita berdoa untuk keselamatan dan keutuhan bangsa ini, tidak ada konflik.
Matahari Jumat pagi sudah menyoroti kami berdua di pinggiran serambi Masjid. “Panitia Idul Qurban sudah siap-siap. Media h1arus obyektif, jujur menyeluruh, jangan takut. Karena kebohongan selain dosa juga bisa meledak sebagai bencana”, pungkasnya, sebelum mengakhiri dengan salam. (Ibnu)