BANYUMAS, INFODESANEWS – Setelah menjalani pemusatan latihan mandiri selama 3 bulan (Januari-April), kemudian latihan desentralisasi selama 4 bulan (Mei-September), mulai hari ini (17/9) atlet Laskar Macan Banyumas memasuki masa training center (TC) sentralisasi. Mereka akan mengikuti TC sampai pemberangkatan ke ajang Porprov 17 Oktober mendatang.
Untuk menambah semangat dan daya juang, KONI dengan persetujuan Bupati mengubah ikon kontingen Porprov Banyumas, tidak lagi Laskar Bawor tetapi Laskar Macan Banyumas.
Menurut Ketua Umum KONI Banyumas Bambang Setiawan mengatakan, TC dilaksanakan untuk penggemblengan Tim Laskar Macan Banyumas agar lebih intensif dengan cara latihan sebanyak tiga hingga empat kali perhari.
Pada TC atlet dan pelatih memfokuskan dan menajamkan, bagaimana meraih medali emas.
“Untuk TC mandiri latihan enam-tujuh kali sepekan, untuk desentralisasi 10-12 kali/ pekan. TC sentralisasi akan dijalankan sampai 17 Oktober, menjelang berangkat untuk berlaga dalam kejuaraan Porprov 2018 di Surakarta mendatang,” kata Bambang
Tak hanya itu, dalam TC ini mereka juga akan mendapat pembinaan mental. Program TC sentralisasi tersebut diawali dengan pembinaan jiwa korsa pada semua atlet Laskar Macan Banyumas.
“Agenda ini sendiri digelar selama dua hari, yaitu hari Senin dan Selasa pagi sampai selesai. Setelah itu para Atlet masuk penginapan di Hotel Meotel Rabu siang (19/9). Dalam program TC ini Atlit yang diinapkan di Hotel di Purwokerto sebanyak 226 orang, dari 20 cabang olah raga,” tambah Bambang
Di luar itu, 165 atlet (20 cabang) juga mengikuti TC, yang 113 atlet (17 cabang) di Kabupaten Banyumas, 52 atlet (tujuh cabang) di berbagai kota, antara lain Semarang, Jakarta, dan Solo.
Di akhir TC akan ada pelepasan kontingen oleh Bupati.
”Kita jaga betul agar konsentrasi tinggi, tiada gangguan apa pun dari mana pun, sehingga kualitas terjaga dan siap memenangi tiap pertandingan.” ujar Ketua Umum Koni.
Mengenai volume latihan, Bambang menambahkan akan dilakukan tiga kali sehari angka minimal. Kalau mungkin, bisa empat kali. Untuk menunjang itu, sepanjang memungkinkan, sarana dan prasarana akan dipenuhi.
“Cabang tinju, misalnya, akan dibuatkan sansak di hotel, agar saat tak ada kegiatan lain atlet bisa latihan. Konsekuensi dari itu semua, asupan gizi harus diberikan secara cukup. Pemberiannya tidak sama, sesuai permintaan pelatih,” tambahnya
KONI juga berpegang pada indeks harga yang ada, pada intinya kualitas dan kuantitas makan, mental dan kondisi fisik atlet harus terjaga. (oto/rd)