SEMARANG, INFODESANEWS – Ketua Pencak Silat Nahdlatu Ulama (PSNU) Pagar Nusa (PN) Kota Semarang menyatakan para pendekar dari berbagai pesantren memiliki peran penting dalam mengamankan aset NU. Aset dimaksud dalam hal ini adalah para Kiai dan Ulama NU
“Para pendekar dari pesantren-pesantren mengamankan asset NU, para Kiai para masyayikh,” kata Lukman disela kegiatan Pencak Dor yang digelar Lapangan Tugu, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Ahad (27/1/2019), “karena Pagar Nusa itu pagarnya NU dan bangsa,” imbuhnya.
Lukman menerangkan, secara jumlah para pendekar yang ada memang sengaja tidak banyak disebut jumlahnya dan jarang atau bahkan tidak terpublikasikan. Namun demikian eksistensi pendekar PN banyak tersebar di pesantren dan badan otonom (Banom) NU.
“Pagar Nusa ini tetap eksis dan menjadi senjata andalan setelah Banser. Selain melatih Banser, ada pula pendekar yang menjadi anggota Banser, dan Banom NU lain,” terangnya. Terkait atraksi berbahaya, Lukman menekankan hal tersebut suatu yang biasa, “Bukan kita sombong, kita pernah main yang lebih bahaya dari yang ditunjukkan,” ujarnya.
Peserta Membludak
Pencak Dor sebagai tradisi dalam perhelatan sabung antar pesilat tak banyak diketahui masyarakat Jawa Tengah. Oleh karena itu, Lukman mengungkapkan even Pencak Dor yang diselenggarakan PSNU Pagar Nusa Kota Semarang mendapat respon positif dari para pesilat NU yang bernaung dalam Pagar Nusa.
“Alhamdulillah ada ratusan peserta,” kata Lukman, “Kepesertaan ini memiliki kualifikasi tersendiri. Minimal 17 tahun, ada dokter dan ambulans untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk lebih jelasnya bisa konformasi pada ketua panitia,” tuturnya.
Selain para pesilat PN, Lukman mengakui ada pesilat lain yang tertarik ikut serta. Atas berbagai pertimbangan terhadap kondisi yang ada, ia tegaskan saat ini hanya diperuntukkan pesilat PN
“Peserta hanya Pagar Nusa. Takutnya tidak paham dengan yang ada di pagar nusa. Ini tradisi pagar nusa,” tegasnya. “Ke depan kita akan evaluasi kepesertaan ini. Kalau memang animonya luar biasa akan kita buat semacam MMA,” tandasnya.
Terkait dengan keamanan acara, pihaknya menegaskan selalu berkoordinasi dengan TNI/POLRI untuk selalu menjaga kondisifitas dan keamanan NKRI.
Kejelasan tentang jumlah peserta ditegaskan ketua panitia Sulistya. Terkait dengan berbagai persiapan, event tersebut hanya diberlakukan untuk pesilat PN dengan jumlah ratusan peserta yang naik ring bambu. Antusias Pencak Dor dapat dilihat dari banyaknya peserta luar Kota Semarang. Disebutkan dari Kediri dan Nganjuk, Jawa Timur, Kabupaten Semarang, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Grobogan, Banyumas, Purwokerto, Jepara, Kendal, Batang, dan Pekalongan. Sedangkan untuk peserta dari Kota Semarang juga diikuti pesilat PN pondok pesantren, dan perguruan tinggi.
Nur Rohmad, misalkan. Mahasiwa Fakultas Teknik Mesin, Universitas Wahid Hasyim Semarang ini menyatakan Pencak Dor sebagai ajang duel antar pendekar yang menarik. Di atas ring menjadi lawan, dan keluar ring tetap bersaudara.
“Menyenangkan, asik untuk menguji seberapa kuat mental kita,” kata dia saat diwawancarai seusai menuntaskan duel serunya. (Rifqi)