Lampung Selatan, Infodesanews.com – Rini Safitri (25) warga Desa Sidorejo Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan penyandang Tunanetra butuh perhatian Khusus.
Rini Safitri yang Terlahir dengan kekurangan dan hidup yang pas-pasan tidak membuat dirinya berputus asa dan berhenti untuk berkarya ,mengharumkan nama tempat tinggalnya serta memberinya kehidupan dengan penghasilan dari sang suami sebagai tukang ojek.
Ia tinggal bersama sang suami yang juga penyandang Disabilitas bersama kedua putri kembarnya di rumah yang kecil dan sangat sederhana,berdindingkan geribik di Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan,
Rina Safitri sudah sejak lahir tidak dapat melihat, ia belajar dari apa yang didengarnya. walaupun dengan kondisinya yang sangat terbatas , dirinya sering menjuarai berbagai perlombaan MTQ tingkat kabupaten dan provinsi untuk kategori tuna netra.
“Pada waktu itu saya masih remaja, awalnya mendengar orang ngaji, lalu saya ikuti ucapannya,” kata Rina saat ditemui di kediamannya, Minggu (28/1).
Setelah sering mendengar orang yang mengaji, ada tetangga yang mengetahui hal tersebut, lalu mengajarkan cara mengucapkan lafadz Alquran yang benar. “Ada yang mendengar, dia bilang suara saya bagus, kalau mau dilatih pasti lebih bagus,” ujarnya.
Ayat-ayat suci Alquran hanya bisa dihafalkannya lewat pendengarannya. Ia tidak bisa membaca tulisan meskipun menggunakan huruf braille.
“Saya tidak sekolah, jadi tidak pernah tahu membaca meskipun dengan huruf braille,” ungkapnya.
Hampir sepuluh tahun, Rina mengikuti perlombaan MTQ dan berbagai predikat juara sudah diraihnya. “Juara II MTQ di Tulangbawang, Juara III MTQ di Kalianda dan banyak juara harapan,” kata dia.
Banyak pengalaman dan hikmah yang dipetik pada saat menjadi qori di berbagai perlombaan MTQ yang mewakili Lampung Selatan. “Pernah di Tanggamus pulang sendiri, karena ditinggal oleh rombongan,” katanya.
Setiap ikut perlombaan, Rina mengaku selalu diberikan uang transportasi dari pemerintah setempat. Uang itu digunakannya seirit mungkin untuk kebutuhan selama mengikuti MTQ. “Kalau ada uang, ada sisa, saya simpan untuk beli susu si kembar,” ujarnya.
Begitu juga jika menjadi juara dan mendapatkan hadiah uang tunai. Langsung ditabung untuk kehidupan sehari-hari. Sang suami, Misroh (39) yang juga disabilitas kesehariannya hanya pengojek. “Suami saya kesehariannya mengojek, kadang tidak dapat uang,” katanya.
Rina berharap kepada pemerintah agar ada perhatian khusus untuk pembinaan terhadap kaum disabilitas yang memiliki keahlian seperti dirinya.
“Jangan hanya kalau dibutuhkan baru dihubungi,” kata dia.
Perhatian dan pembinaan itu sangat perlu, karena dirinya kerap ditawari untuk pindah ke daerah lain agar bisa mengikuti MTQ mewakili daerah tersebut. “Dari dulu banyak yang nawarin, dengan menjanjikan perhatian dan pembinaan, tapi saya tidak pernah mau,” ujarnya.
Rina menikah pada 2012 lalu dan sudah dikarunia dua orang putri, Reva dan Revi (4). Ia bersama suaminya bertekad ingin menyekolahkan kedua anaknya setinggi mungkin, agar kelak menjadi orang yang sukses. “Alhamdulillah bersyukur kedua anak kami sehat dan normal,”Ungkapnya. (SG/ slmt)