BLORA, INFODESANEWS – Peternakan ayam Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sidosemi terus berkembang dengan strategi investasi bertahap. Saat ini, ayam yang dibudidayakan masih berusia sekitar 20 minggu dan diperkirakan akan mencapai usia produktif dalam beberapa minggu ke depan.
Kepala Desa Wonosemi, Yanto menyampaikan, biaya operasional utama adalah pakan, di mana setiap ayam membutuhkan sekitar Rp200 per hari, sehingga dalam satu bulan, biaya pakan dapat mencapai Rp 5 juta. Selain itu, vaksin dan obat-obatan juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ayam, terutama dalam kondisi cuaca yang tidak menentu.
“Dalam usaha ini, jumlah ayam yang dikelola mencapai 250 ekor, dengan total investasi awal sekitar Rp 40 juta, mencakup pembangunan kandang dan pengadaan pakan,” terang Kades Kepada wartawan, Selasa (4/2/2025)
Yanto menambahkan, menerapkan sistem manajemen terbuka, di mana ayam akan terus dipelihara hingga mencapai usia produktif. Jika kondisi cuaca kurang mendukung, sistem perlindungan tambahan seperti pemasangan jaring hitam di atas kandang dapat menjadi solusi untuk menghindari dampak cuaca buruk terhadap ternak.
“Dengan sistem pengelolaan yang terstruktur, dapat berkembang lebih lanjut, baik dalam produksi telur maupun ayam potong. Langkah ini juga menjadi bagian dari upaya mendukung ketahanan pangan,” ujarnya.
Lanjutnya, menurut perencanaan, produksi telur akan terus ditingkatkan jika hasilnya baik. Namun, jika produktivitas kurang memuaskan, peternak akan mengalihkan fokus ke ayam potong yang memiliki prospek pasar lebih stabil. Apalagi, di wilayah ini sudah tersedia fasilitas pemotongan ayam yang mempermudah distribusi.
“Selain ayam, sektor peternakan ikan lele juga menjadi prioritas. Saat ini, ketahanan pangan lokal bergantung pada kombinasi beberapa sektor, termasuk ayam petelur, ayam potong, dan ikan lele,” ungkapnya
Sementara itu, pengembangan sapi menghadapi kendala akibat wabah penyakit ternak yang mengganggu stabilitas pasar. BUMDes Sidosemi memutuskan untuk menunda pengembangan bibit pertanian hingga tahun 2025. Keputusan ini diambil agar fokus dapat diberikan pada sektor yang lebih menjanjikan dalam jangka pendek.*Red