Anugerah dan Amanah di Mata Letkol CZI Pabate, Sebelum Jadi Perwira, Jadi Kuli Proyek Hotel

INFODESA409 Dilihat

INFODESANEWS.COM.  SAMARINDA,– Pimpinan Kodim 0909 Sangatta resmi berganti. bahkan, sudah diserahterimakan dari Letkol Inf Kamil Bahren Pasha kepada Letkol CZI Pabate (Selasa, 20/8) lalu. Letkol CZI Pabate lahir di Tanah Toraja pada 12 Mei 1977 silam. Mengawali karir militer dengan pangkat Letda pada 1999. Pabate pertama kali bertugas di Batalyon Zeni Konstruksi 13, Lenteng Agung Jakarta, selama sepuluh tahun. Selama bertugas di sana, suami Anastasia I Kristiani ini banyak dilibatkan dalam tugas kemanusiaan.

 

Di antaranya, Operasi Tanggap Darurat Aceh pada 2004, Satgas PRCB Sumbar 2009, Satgas Operasi Bhakti Perbatasan 2013, Satgas Lumpur Lapindo Sidoarjo, bahkan bertugas di Kongo dalam OPP PBB Monuc pada 2007-2008. Dia juga terlibat dalam pembangunan jalan di Kalimantan dan Papua. Termasuk pembangunan jembatan, bandara di Indonesia.

Dia juga pernah bertugas di Pusat Zeni Angkatan Darat Jakarta. Setelah itu, ayah tiga anak ini bertugas sebagai Danyonzipur 17 AD Kodam Mulawarman. Hingga akhirnya sekarang menjabat sebagai Dandim Kodim 0909 Sangatta. “Ini merupakan anugerah dari Tuhan. Amanah ini harus saya emban sebaik mungkin,” ujarnya saat ditemui di Makodim 0909 Sangatta, Jum’at (612/2019).

Sebelum menjadi TNI-AD, masa SD Letkol CZI Pabate sempat ikut orang tuanya pindah ke Kabupatan Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sulteng) hingga menamatkan pendidikan SD. Sedangkan pendidikan SMP ditempuhnya di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel). “Setelah tamat SMP, saya kembali ke Tanah Toraja untuk melanjutkan SMA,” kata dia.

Ketika masuk ke jenjang SMA. Pria yang berasal dari keluarga petani itu banyak melewati suka-duka kehidupan. Pasalnya, dia terpaksa berpisah dengan orang tuanya demi melanjutkan pendidikan. Sedangkan, kehidupannya bersama orang tua tercinta hanya berlangsung selama 11 tahun sejak ia dilahirkan. “Harus tinggal bersama paman agar dapat melanjutkan pendidikan yang lebih baik,” ungkapnya.

Memiliki libur sebulan sebelum masuk SMA. Waktu tersebut dimanfaatkannya untuk mencari uang agar dapat membeli pakaian seragam SMA dan buku pelajaran. Kala itu, dia bekerja sebagai kuli untuk pembangunan hotel selama sebulan penuh. Bahkan, hotel tersebut sampai sekarang masih berdiri. “Itu saksi bisu dari perjuangan saya. Tapi, itu luar biasa,” papar dia.

Ketika tahun pelajaran dimulai. Dia paham betul risiko tinggal tidak dengan orang tua. Ya, dia harus bekerja lebih keras lagi. Bahkan, setelah pulang sekolah, dia jarang menghabiskan waktu bersama dengan teman sebayanya. Aktivitas sehari-hari sepulang sekolah banyak dihabiskan di kebun dan sawah.

Namun, kondisi itu tidak membuatnya patah arang. Pelajaran dapat diikutinya dengan baik. Bahkan, dia termasuk siswa berprestasi di kelasnya. “Saya bersyukur selalu masuk tiga besar. Memang diperlukan niat untuk belajar. Apalagi saya paham betul bagaimana kehidupan orang tua saya. Jadi, kalau mau berubah harus dimulai dari diri sendiri. Tidak mungkin orang lain,” tuturnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, Pabate pun melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Mengambil jurusan D3 Teknik Sipil di Politeknik Negeri Ujung Pandang. Ketika berkuliah, dia mendapatkan beasiswa dari Mabes TNI. Namun, waktu itu dia tidak paham dan belum ada ketertarikan untuk menjadi TNI. “Saya tertarik dengan beasiswa yang diberikan. Waktu itu Rp 200 per bulan untuk uang saku. Itu pada 1998. Bahkan, sampai biaya penyusunan skripsi pun dibiayai,” beber dia.

“Tapi, saya belum paham kalau harus berkarir di TNI. Tetapi, setelah dapat pengarahan baru saya mengetahui beasiswa tersebut dalam rangka masuk TNI. Sebenarnya dari awal tidak ada cita-cita menjadi TNI. Bahkan, tidak pernah terlintas dipikiran untuk menjadi TNI. Tetapi, melalui itu saya yakin dan percaya ini semua rencana Tuhan. Saya yakin ini jalan terbaik buat saya untuk,” terang Pabate sambil tersenyum.

Setelah wisuda, dia melanjutkan pendidikan TNI di Magelang. Pendidikan tersebut dijalani dengan mudah. Sebab, dia sudah terlatih dengan kondisi tersebut. Sehingga tidak terlalu kesulitan. Dia tidak menampik, selama di militer semua serba diatur. Dan itu harus dipahami betul agar terasa nyaman menjalani. “Prinsip saya, dimanapun ditugaskan, saya harus melakukan yang terbaik. Apalagi terbaik menurut kita belum tentuk baik menurut orang lain. Tetapi, akan menjadi suatu kepuasan kalau bertugas bisa mengekspresikan dan melaksanakan semaksimal mungkin. Itu saya pegang teguh dari awal,” akunya.

“Termasuk disiplin, loyalitas, dan selalu meningkatan kapabilitas dan kemampuan. Baik dari segi konstruksi, dekstruksi dan lainnya. Saya juga terus meningkatkan pengetahuan umum untuk menambah wawasan. Belajar tidak boleh berhenti,” singkat Pabate.

Dengan jabatannya sekarang. Dia akan melaksanakan program yang sudah ada. Mulai dari awal tahun hingga akhir tahun semua program sudah tertata. Namun, lanjut dia, harus kreatif dan inovatif dalam menjalankan. Sehingga, bisa dirasakan masyarakat. “Contoh komunikasi sosial, ini kan luas. Mulai dengan aparat pemerintahan, tokoh agama, tokoh adat, pemuda dan siapapun. Tidak sebatas tatap muka. Tetapi melangsungkan kegiatan bersama sehingga tidak monoton,” katanya.

Tujuannya, supaya TNI dan masyarakat hubungannya lebih dekat. Sehingga, secara tidak langsung bisa saling mengingatkan apabila terjadi hal tidak diinginkan di tengah masyarakat. Contohnya yang berbau SARA. Karena sudah saling mengenal, ketika hadir di tengah-tengah konflik pendekatan menjadi lebih mudah. “Masyarakat pasti menerima,” ungkapnya yakin.

Ada pula karya bakti bersama masyarakat. Itu macam-macam. Misalnya peduli sampah, bersihkan rumah ibadah, dan TMMD. Sasarannya agar menyentuh masyarakat. Tahun depan pihaknya memiliki kegiatan TMMD tepatnya di Kecamatan Kaliorang. Dia berharap konektivitas antara desa satu dan lainnya bisa terbentuk. Sehingga, akses lebih lancar dan membuat perekonomian lebih baik. “Hasil bumi bisa distribusi dengan baik. Kami akan bekerja sama dengan pemerintah. Semuanya akan dipetakan untuk menentukan skala prioritas,” paparnya.

“Tujuannya bukan semata-mata mencipatakan konektivitas. Melainkan membangun kepedulian masyarakat untuk menggalakan gotong royong yang sekarang mulai pudar. Ini yang harus ditumbuhkan di tengah masyarakat. Kerja sama antara masyarakat, TNI-Polri dan pemerintah sangat penting,” pungkasnya

Penulis Murdi