JAKARTA, INFODESANEWS | BMKG melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) memonitor adanya peningkatan intensitas sirkulasi udara menjadi satu sistem Bibit Siklon Tropis 99S yang mulai terbentuk di sekitar Laut Timor sebelah utara Australia, tepatnya di posisi 12.6°LS 128.3°BT di mana area tersebut sudah masuk di wilayah tanggung jawab TCWC Australia.
Sistem Bibit Siklon 99S tersebut memiliki tekanan udara minimum di pusatnya mencapai 1001mb dan kecepatan angin maksimum di sekitar pusatnya mencapai 25 knots (46 km/jam).
Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto dalam rilis resminya pada Jumat, 25 Februari 2022, menyampaikan bahwa berdasarkan pantauan citra satelit cuaca Himawari-8 kanal IR terlihat adanya pumpunan awan konvektif yang telah bertahan selama 12 jam terakhir dan dari analisis angin per lapisan terpantau pembentukan sirkulasi pada lapisan permukaan hingga menengah.
Pembentukan pola sirkulasi angin, ungkap Siswanto, meningkat menjadi sistem bibit siklon tersebut diperkuat dengan adanya faktor konektivitas udara yang signifikan di wilayah timur Indonesia sebagai dampak dari aktifnya fenomena gelombang atmosfer, yaitu; MJO (Madden Julian Oscilation), Gelombang Kelvin, serta Gelombang ER (Equatorial Rosbby) di wilayah timur Indonesia.
Data model prediksi BMKG menunjukkan bahwa pergerakan sistem sirkulasinya menuju ke arah Selatan dan menjauhi wilayah Indonesia. Sementara itu, potensi sistem 99S tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam periode 24—48 jam ke depan masih berada dalam kategori menengah dengan potensi peningkatan sirkulasi yang semakin terorganisir untuk periode 72 jam ke depan. Suatu kriteria bahwa Bibit Siklon dapat dikatakan meningkat menjadi Siklon Tropis adalah apabila kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai minimal 35 knot (65 km/jam).
Keberadaan sistem sirkulasi tersebut dapat membentuk daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, sebagian Jawa – Bali, NTB, NTT. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah pusat tekanan rendah dan di sepanjang daerah pertemuan dan belokan angin tersebut.
Dalam periode 24 jam ke depan, sistem 99S tersebut dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan gelombang di wilayah Indonesia sebagai berikut :
Potensi hujan sedang-lebat disertai kilat/petir/angin kencang yang dapat berdampak pada potensi terjadinya bencana hidrometeorologi (banjir bandang, longsor, dan sebagainya) di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku bagian barat daya.Potensi gelombang tinggi di wilayah perairan: tinggi Gelombang 1.25—2.5 meter (moderate sea): perairan Kepulauan Selayar, Laut Flores, perairan utara Kepulauan Flores, Laut Sawu, perairan Kupang – Pulau Rote, Selat Ombai, Samudra Hindia selatan NTT, perairan Fakfak – Kaimana, perairan selatan Pulau Buru – Pulau Seram, Laut Seram, perairan Kepulauan Kei – Kepulauan Aru, Laut Arafuru bagian timur;Tinggi Gelombang 2.5— 4.0 meter (Rough Sea) di Laut Banda, perairan Kepulauan Sermata – Kepulauan Tanimbar, Laut Arafuru bagian tengah;Tinggi Gelombang 4—6 m (Very Rough Sea) di Laut Timor dan Laut Arafuru bagian barat.
Sistem Bibit Siklon 90S
Sementara pada waktu yang bersamaan, sistem Bibit Siklon 90S terbentuk di perairan Samudra Hindia barat daya Sumatra tepatnya di 13.0°LS 95.9 °BT. Kecepatan angin maksimum sistem 90S mencapai 30 knot (56 km/jam) dengan tekanan udara minimum di sekitar pusatnya mencapai 1003 mb.
Pantauan citra satelit cuaca Himawari-8 terlihat adanya peningkatan pumpunan awan selama 12 jam terakhir. Dari analisis angin pelapisan tampak sirkulasi mulai dari lapisan bawah hingga menengah. Berdasarkan Model Prediksi BMKG, intensitas sistem 90S dalam 24 jam ke depan cenderung menunjukkan penurunan dengan pergerakan sistem ke arah barat hingga barat daya menjauhi wilayah Indonesia.
Sementara itu, potensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam dari Jumat, 25 Februari 2022 ke depan dalam kategori menengah dampak tidak langsung yang dapat ditimbulkan dari keberadaan Sistem 90S adalah potensi gelombang tinggi 1.25—2.5 meter (Moderate) di wilayah perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan Pulau Enggano – Bengkulu, perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan dan barat, perairan selatan Pulau Jawa, Samudra Hindia barat Sumatra hingga selatan Jawa. (*)
Sumber (*/BMKG)