SULSEL, INFODESANEWS – Setelah Indonesia Merdeka 75 tahun, ternyata masih saja ada daerah terisolir di Kabupaten Luwu Utara yang berjuluk Bumi Lamaranginang, Sulawesi Selatan, masih warga merasakan pahitnya penderitaan berjalan kaki sambil menggotong warga yang sakit.
Dan setelah beberapa kali diberitakan pada pemberitaan dengan ‘Mayat’ yang ditandu sejauh 45 kilometer yang sudah diberitakan di media TV, media Online dan Koran Lokal, regional dan juga Nasional kini derita itu tak kunjung usai.
Lagi lagi kejadian terjadi lagi yang sama dialami ibu Dina Da’a warga Desa Rampi, Kecamatan Rampi. Dina Da’a menderita sakit sehingga terpaksa harus di tandu sejauh 20 kilometer untuk sampai ke Puskesmas Rampi di Desa Sulaku, demi mendapatkan perawatan yang intensif, pada Selasa 12 Mei 2021 lalu.
Bangsi Bati tokoh pemuda Desa Rampi angkat bicara saat dikonfirmasi wartawan media ini mengatakan, untuk sampai ke Puskesmas Rampi, Dina Da’a terpaksa harus di tandu sejauh 20 kilometer.
Kecamatan Rampi merupakan daerah pelosok terisolir dan sangat tertinggal dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Bumi Lamaranginang julukan Kabupaten Luwu Utara, akses jalan yang tidak tersentuh pembangunan hingga saat ini menjadi kendala warga suku Rampi umumnya.
Ditempat terpisah, Freddy Erenst angkat bicara harusnya Pemerintah Daerah Luwu Utara memprioritaskan pembangunan Infrastruktur untuk daerah Pelosok Rampi sehingga warga tidak kesulitan ketika ada yang sakit,” ujar Freddy Erenst.
Masih kata Freddy Erenst, tokoh masyarakat Rampi, “Sejauh ini menurut pengamatan saya di Rampi sangat tertinggal, semua ini terkendala karena akses transportasi darat yang tidak dibangun,” tuturnya pada media ini, Kamis 13 Mei 2021 di kota Masamba sebelum masuk ikuti ibadah Kenaikan Isa Almasih.
Selain itu janji dari pemerintah bahwa, pembangunan akses jalan yang kian menjadi sebuah janji manis saat perhelatan politik sudah menjadi buah bibir para calon Kepala Daerah, namun sayangnya tidak direalisasikan saat terpilih.
“Ini kendala utama yang dapat menghambat pelayanan kesehatan dan pendidikan serta perekonomian masyarakat karena akses jalan yang tidak diperhatikan oleh pemerintah,” keluhnya lagi.
“Semoga kedepan pemerintah daerah hingga pemerintah provinsi dan pusat dapat membantu warga Rampi melalui terbukanya transportasi darat,” harapnya sedih.(frans/yustus)