SOLO – INFODESANEWS, Bertambahnya angka jumlah positif COVID-19, maka Kota Solo memposisikan berstatus zona hitam. Meskipun indikatornya belum ke arah zona hitam namun penambahan jumlah positif perhari terdapat 18 warga Solo, di mana sebagian banyak dari klaster RS Moewardi. Hal ini dikatakan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, Senin (13/07).
“Dengan disampaikan Pak Ahyani, jika Kota Solo zona hitam itu benar agar masyarakat lebih waspada dan hati-hati. Virus itu kan enggak kelihatan. Apalagi mak glek, biasane 1 dan 2, lah kemarin ada 18 orang,” ungkapnya.
Dari angka kumulatif mencapai 63 orang terkonfirmasi dengan rincian 18 dirawat, Rudy mengatakan cukup banyak. Biasanya hanya satu hingga dua orang, tapi ada tambahan sebanyak itu maka menjadi dasar menyampaikan jika Kota Solo zona hitam. Ini bentuk shock terapi bagi masyarakat supaya waspada dan hati-hati, di mana zona hitam indikatornya 60% dari jumlah penduduk positif COVID-19. Sedangkan jumlah di Kota Solo mencapai 500-an ribu orang.
“Ini bukan berlebihan. Supaya masyarakat waspada setelah penambahan ini. Jadi, Solo ini mau dikatakan Solo zona hitam itu ya benar semua ambruk (ditaruh-red) di Solo. Pasien semua di Solo, di RS Moewardi penuh sekarang,” jelasnya.
Penambahan dari rumah sakit ini dikatakan jika pihak RS Moewardi sudah dipanggil setelah izin Gubernur Jawa Tengah karena rumah sakit provinsi.
Dengan demikian, rumah sakit tidak ada lagi laporan terlambat dan ditutup-tutupi karena Tenaga Kesehatan 25 orang diketahui 10 warga Solo. Dengan zona hitam, maka masyarakat waspada dan bisa jadi berubah status zona hijau, di mana status sebenarnya belum zona hitam.”Dalam hal ini, kita tidak lagi menggunakan status Kejadian Luar Biasa (KLB) tapi sudah menggunakan Perppu Bencana Non-Alam. Sedangkan KLB hanya di awal, sebelum Perppu diberlakukan waktu itu,” terangnya.
Lebih lanjut, jika pihaknya melakukan penyemprotan di zona merah ataupun dianggap zona hitam yakni di Jebres dan Mojosongo. Sedangkan indikator untuk zona hitam di kelurahan tersebut jika 7% orang positif dari 70.000 penduduk di sana. Kemudian, penyemprotan sekaligus ditutup Pasar Harjodaksino karena satu pedagang dari Sukoharjo meninggal dunia akibat COVID-19. (*/hr)