KUDUS, INFODESANEWS – Semenjak dibangunnya pasar-pasar yang pro rakyat dalam artian pas bagi pedagang dan pembeli yang sama-sama kelas menengah ke bawah, perputaran perekonomian rakyat kecil khususnya dalam menjalankan perdagangan semakin mudah dan terjangkau.
Ada beberapa pasar rakyat di Kudus diantaranya, Pasar Babe ( barang bekas ) yang terletak di jalan Kudus Purwodadi, Pasar Rakyat di dalam Pasar Baru yang berada tepat sebelah barat daya Balai Jagong komplek Gor Wergu Wetan.
Menurut Jayadi salah seorang pedagang di pasar Babe, pandemi corona atau covid-19 ini sejak bulan maret hingga juni sangat berdampak sekali bagi para pedagang, mengingat baik di pasar Babe maupun pasar rakyat sebagian besar adalah pedagang kecil mikro sehingga sangat terasa sekali dampaknya, dari mulai omset pendapatan turun hingga pengunjung yang datang sedikit karena takut tertular corona, apalagi ada himbauan dari pemerintah untuk jaga jarak, menghindari kerumunan agar tidak terjadi penyebaran covid-19.
“Selama pandemi corona mulai maret hingga juni ini omset dan pendapatan para pedagang di pasar-pasar rakyat ini menurun drastis, pengaruhnya sangat terasa sekali, apalagi sebagian besar mereka pedagang mikro kecil meski demikian saat ini mereka masih bisa bertahan dengan kemampuan dan kreativitas mereka”, tutur Jayadi saat ditemui di Pasar Babe, Rabu (24/06/2020).
Masih menurut Jayadi, “banyak pedagang di pasar babe ini mengeluh karena selama pandemi belum dapat perhatian dari pemerintah, jangankan permodalan sembako saja tidak, untuk itulah kami sendiri harus saling membantu agar roda perekonomian bisa berputar”, imbuhnya.
Dalam hal fasilitas dan keamanan baik untuk pengunjung maupun pedagang di Pasar Rakyat Kudus, Jayadi yang juga seorang Advokat di kota Kudus ini mengungkapkan, “secara umum fasilitas yang ada dari mulai parkir motor mobil, toilet, sudah cukup bagus, hanya saja untuk keamanan barang-barang dagangan khususnya setelah jam buka pasar selesai ini masih belum terjamin, sering pedagang melapor kehilangan dagangannya meski kecil nilainya namun berarti bagi mereka”, ungkap Jayadi yang meniti karir dari mulai pedagang loakan di pasar kali gelis dan aktivis buruh.
Untuk lebih meramaikan perdagangan di pasar rakyat perlu ada kebijakan dari pemerintah kabupaten, baik dengan mengadakan even-even atau kegiatan yang mengindang massa tentunya dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Dalam kaitan transportasi dari dan ke pasar baru juga perlu diadakan, mengingat perdagangannya sangat lengkap ada sembako, pakaian, los ikan, unggas dan jual beli sepeda ontel.
Sementara itu, dalam hal pembangunan pasar seperti disampaikan oleh Bin Subiyanto, ” Yang perlu dikoreksi soal pembangunan pasar di tempat baru adalah kelayakan sosio transaksi. Transaksi pembeli itu kan ditentukan letak pasar dalam tata kota, kalo jauh dari perumahan dan perkampungan, tentu lama proses mobilisasinya, karena pembeli tentu ingin yang dekat, lengkap dan baik komoditasnya”, terangnya saat mendampingi Infodesanews.
“Maka, saya menduga perlu waktu 2-3 tahun, Pasar Rakyat dan pasar lain yang baru. Jadi tahun 2021 pasar Baru maupun pasar Rakyat mulai padat pengunjung”, demikian disampaikan Bin Subiyanto Peneliti dari PADERI ( Pusat Analisis Demokrasi Ekonomi keRakyatan Indonesia). (MU/Rz)