KARANGANYAR, INFODESANEWS – Dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Karanganyar ke 102 tahun 2019, Komandan Kodim 0727/Karanganyar Letkol Inf Andi Amin Latama, S.Sos., bersama dengan Forkopimda kabupaten Karanganyar, melaksanakan ziarah ke makam sesepuh Karanganyar diantaranya adalah Makam Nyi Ageng Karang, Jum’at (01/11/19).
Makam Nyi Ageng Karang menyimpan sejarah yang sangat penting untuk Kabupaten Karanganyar, karena Makam Nyi Ageng Karang merupakan cikal bakal berdirinya desa Karanganyar dan kabupaten Karanganyar. Sejarah Karanganyar tidak bisa dilepaskan dari sosok Nyi Ageng Karang. Nyi Ageng Karang juga dikenal sebagai Raden Ayu Diponegoro atau Raden Ayu Sulbiyah. Dia adalah istri Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda dan diasingkan ke Afrika Selatan maka Nyi Ageng Karang mengasingkan diri di hutan belantara (yang sekarang disebut Karanganyar).
Makam wanita yang merupakan istri Pangeran Diponegoro dari Keraton Mataram di Kartasura, Sukoharjo itu berada di Ngloji RT. 02 RW. 04 Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Karangayar, Kabupaten Karanganyar.
“Singkat cerita, Nyi Ageng Karang bertemu dengan Raden Mas Said. Raden Mas Said ini cucu Nyi Ageng Karang. Mereka bertemu di padepokan Nyi Ageng Karang,”
Sebagai tuan rumah, Nyi Ageng Karang menjamu cucunya yang juga dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa. Julukan itu diberikan kepada Raden Mas Said, karena kelihaian dan kedigdayaan mengalahkan tentara Belanda. Saat itu, Nyi Ageng Karang menyuguhkan jenang bekatul dan burung tekukur.
Raden Mas Said tidak menyadari bahwa Nyi Ageng Karang sedang mengajarkan filosofi perang melawan tentara Belanda. Ya, lewat suguhan yang disajikan itu,” Raden Mas Said kemudian menyantap jenang bekatul. Dia menyendok jenang dari tengah. Diceritakan bahwa Raden Mas Said kepanasan.
Nyi Ageng Karang mengajarkan kalau makan jenang bekatul itu dari tepi lalu perlahan ke tengah. Filosofi itu sama dengan strategi melawan tentara Belanda. Nyi Ageng Karang menyarankan Raden Mas Said menyerang tentara Belanda dengan strategi gerilya.
Burung tekukur yang juga disuguhkan kepada Raden Mas Said memiliki makna berbeda. Nyi Ageng Karang menerima wangsit saat bertapa. Isi wangsit kurang lebih menyatakan barang siapa memakan burung tekukur akan menjadi raja.
“Raden Mas Said menjadi raja, yakni Raja Mangkunegara I. Raden Mas Said juga menuturkan tempat pertemuan itu akan menjadi keramaian zaman. Dia menamai Karanganyar, karena merasa mendapat pencerahan baru,”.
Nyi Ageng Karang meninggal dan dimakamkan di Masjid yang sekarang disebut Masjid Al Mukaromah Karanganyar, karena perluasan masjid membuat makam bergeser sekitar 200 meter.
(Tr-Pendim 0727/Kra)