SEMARANG, INFODESANEWS.COM – Adanya golongan yang memahami Alquran sebagai makhluk Allah SWT karena dapat memberikan syafaat bagi pembacanya di hari kiamat diluruskan oleh Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidillah Shodaqoh dalam Peringatan Nuzzulul Quran yang diadakan Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Wal Jamaah (PPDA), Selasa (28/5/2019) malam.
Hal ini diterangkannya sebagai penegasan memahami Alquran yang sesuai dalam koridor akidah Ahlisssunnah wal jamaah. Alquran sebagai kitab suci umat Islam, jelasnya, merupakan kalam Tuhan yang bersifat qadim sebagaimana dalam teologi aswaja.
Kata Kiai Ubaid, Alquran bukan makhluk akan tetapi qadim atau sesuatu yang ada sejak zaman azali. “Kalamullah, kalam itu sifat, dan sifat tidak bisa dipisahkan dengan dzatnya. Artinya kalau Allah itu qadim, maka kalamullah juga qadim,” tuturnya.
Di hadapan ratusan santri PP Durrotu Aswaja, Kiai Ubaid menjelaskan, setiap sesuatu ada di dalam Alquran, baik itu secara tekstual maupun yang ada di balik teks tersebut. Karenya ia menengaskan perbedaan dari tafsir dari teks suci dari berbagai mufasir yang ada. Diantaranya seperti kalau membaca kitab tafsir Jalaludin Assyuthi yang dinilai para ulama sebagai paling shahih-shahihnya tafsir.
Karenanya dalam tafsir tersebut hanya ada satu wajah (pendapat), berbeda dengan ketika membaca tafsir yang lain. Bisa satu ayat Alquran difasiri dengan 60 wajah tafsir. “Kalamullah itu tidak ada batasnya,” pesannya.
Pengasuh PP Al Iqoon Bugen tersebut juga menegaskan peran Alquran dalam menjawab pertanyaan manusia tentang asal usulnya. Dicontohkan, Darwin mencoba menjawab teka-teki tentang asal muasal manusia, Alquran sudah menegaskan manusia berasal dari manusia pertama yang bernama Adam.
Pengasuh PPDA, K. Agus Romadhon menyatakan bahwa peringatan Nuzzulul quran bukan sekedar memperingati, akan tapi mengkaji tentang Alquran. Karena itulah dirinya mengingatkan mundurnya umat Islam karena meninggalkan Alquran.
“Kemunduran umat Islam itu karena meninggalkan Alquran,” ucapnya, “Umat islam pasca kolonialis menjadi terbelakang dari nasrani, dan yang lainnya,” imbuhnya.
Dirinya juga memberikan apresiasi terhadap para santri yang masih berada di pesantren. Hal yang luar biasa, katanya, saat ini para santri masih mengikuti rangkaian kegiatan yang telah dicanangkan oleh panitia dari sebelum Ramadhan. Dari pengajian kitab, pasar murah, santunan sampai menuju panitia zakat. “Kita sudah terdaftar sebagai amil yang resmi mendapatkan SK dari Lazisnu Kota Semarang,” tandasnya.