SEMARANG, INFODESANEWS – Wakil ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Semarang bidang kerelawanan, Dr. dr. Awal Prasetyo, MKes, menekankan pentingnya perubahan paradigma penanggulangan bencana bergeser dari tanggap darurat kepada pendekatan mitigasi dan awareness atau preparedness. Dengan demikian, ketahanan masyarakat menghadapi bencana bisa ditingkatkan.
“Tenaga Sukarela ini sangat dibutuhkan untuk merubah paradigma masyarakat tentang bencana. Dari penanggulangan ke pencegahan dan persiapan mengadapi resiko munculnya bencana,” kata Awal saat diwawancarai awak media di markas PMI Kota Semarang, Jalan MGR. Soegijo Pranoto, Kota Semarang, Minggu (27/1/2019).
Meski bukan hal mudah, menurut Awal, menumbuhkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk melindungi diri sendiri dari ancaman dan resiko bencana dapat diproses melalui community-based disaster management.
“Menumbuhkan kesadaran masyarakat memang tidak mudah. Karena itu menjadi tenaga sukarela melalui orientasi kepalangmerahan itu menjadi penting,” ujarnya.
Awal melanjutkan, dengan pelatihan yang ada, PMI memberikan pengetahuan dasar mengenai ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana dari sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana, maupun pasca bencana. Demikian diungkapkan seusai acara Orientasi Kepalangmerahan bagi anggota baru Tenaga Sukarela (TSR) PMI Kota Semarang
Langkahnya secara kongkrit, terangnya, dengan memberikan peran pada tenaga sukarela untuk mendampingi masyarakat dalam perencanaan sekaligus menjadi penghubung terhadap stakeholder yang ada. Sehingga melalui lembaga yang ada, TSR PMI bisa mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pengurangan risiko dari adanya bencana.
Sementara, sekretaris PMI Kota Semarang, Surachman, SIp mengungkapkan, harapan adanya kegiatan tersebut dapat mengembangkan kehadiran PMI di tengah masyarakat.
“Harapan saya untuk pengembangan PMI yang lebih dekat lagi dengan masyarakat,” kata Surachman, “Semoga semakin banyak orang yang dengan sukarela menjadi bagian dari PMI masuk ke TSR. Dengan demikian, PMI dapat membatu masyarakat sesuai kebutuhan. TSR sebagai salah satu ujung tombak PMI sangat dibutuhkan dan keahliannya saat terjadi bencana,” urainya.
Surachman melanjutkan, banyak minat masyarakat dalam mengakses pelatih dari PMI juga bisa dimanfaatkan para anggota TSR untuk memanfaatkan ilmu yang telah dimiliki dengan berbagi pengetahuan bagi masyarakat.
“Semakin banyak yang membantu untuk mencukupi kebutuhan pelatihan-pelatihan di masyarakat di sekolah, maka citra organisasi PMI di masyarakat juga semakin baik,” ungkapnya.
“Ya minimal masyarakat tahu dan paham tentang Kepalang Merahan dan ilmu pengetahuan yang dikembangkan di PMI. Kalau ada minimal 20 persen dari jumlah penduduk Kota Semarang yang berusia dewasa mengenal PMI, banyak persoalan kemanusiaan yang cepat teratasi,” tutupnya. (rifqi)