SURAKARTA, INFODESANEWS – SD Muhammadiyah PK Kottabarat Solo memperingati hari gizi dan makanan dengan meghadirkan berbagai macam jajanan tradisional ke sekolah, Jumat (25/1/2019). Kegiatan tersebut diawali dengan senam bersama di hall sekolah dan dilanjutkan jalan sehat di lingkungan sekitar sekolah.
Setelah sampai di halaman sekolah, siswa diberikan dua buah kupon untuk mengambil jajanan tradisional yang telah tersedia. Setiap kelas menyiapkan jajanan yang beraneka ragam, mulai dari jenang, leker, siomay, kue pukis, cilok, srabi, lumpia, bakmi jawa, dan kue putu. Para siswa nampak begitu antusias mengantre di stand jajanan yang mereka inginkan.
Muhamad Arifin, menyampaikan bahwa tujuan diadakannya kegiatan ini adalah agar siswa dapat mengenal beraneka macam jajanan tradisional yang akhir-akhir ini mulai ditinggalkan seiring makin banyaknya makanan modern dan cepat saji. “Kegiatan ini sebagai bentuk edukasi kepada siswa bahwa negara Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, salah satunya adalah makanan tradisional khas daerah”, imbuhnya.
Salah satu siswa kelas VI Maulia Hanatasya menuturkan sangat senang dengan dihadirkanya jajanan tradisional ke sekolah. “Saya sangat suka kue pukis, tadi saya antre cukup lama untuk mendapatkannya”, uangkapnya. Ia berharap ke depan makanan yang dihadirkan lebih banyak lagi sehingga siswa bebas memilih makanan yang mereka sukai. Selain itu ia juga mengarapakan ke depan kegiatan ini dapat terselenggara setiap tahun.
Kesan Mahasiswa Filipina
Kegiatan kali ini terasa lebih semarak dengan kehadiran empat mahasiswa Filipina yang magang di sekolah. Keempat mahasiswa ini melaksanakan praktik mengajar di kelas IV dan V dan bekerjasama dengan Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta.
Christeen G. Oryega,, salah satu mahasiswa asal Filipina mengaku terkesan dengan kegiatan di SD Muhammadiyah PK Kottabarat. “Saya senang sekali anak-anaknya sangat aktif dan saya juga suka makanan tradisional terutama kue Leker”, uangkapnya dalam bahasa Inggris.
Setelah selesai menikmati jajanan tradisional, kegiatan dilanjutkan dengan pembelajaran di kelas oleh mahasiswa dari Filipina. Jadwal pembelajaran disesuaikan dengan sekolah sehingga mereka harus menyesuaikan jadwal tersebut.
Kegiatan pembelajaran menggunakan pengantar bahasa Inggris. Hal ini sekaligus tindak lanjut dari kegiatan pendalaman bahasa Inggris di Kampung Pare, Kediri beberapa waktu yang lalu.***Muhamad Arifin/agung.