PACITAN, INFODESANEWS | Dalam upaya mengatasi permasalahan stunting yang masih mengancam kesehatan anak di Pacitan, sebanyak 64 kader kesehatan dari Desa Mentoro, Desa Purworejo, dan Desa Menadi menjalani pelatihan pembuatan tepung lele dan pemanfaatan lebioponik. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang dipimpin Kusuma Estu Werdani, S.K.M., M.Kes., bertempat di Balai Desa Mentoro, KAMIS, 22 Juni 2024.
Kusuma Estu Werdani, S.K.M., M.Kes., Dalam kesempatan itu mengungkapkan Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi kader kesehatan dalam menyediakan makanan tambahan (PMT) yang lebih bergizi dan inovatif bagi ibu hamil, bayi, dan balita.
“Kami berharap kader kesehatan dapat mengimplementasikan solusi yang berkelanjutan untuk membantu mengatasi stunting,” ujar Kusuma Estu Werdani.
Lebih lajut Kusuma Estu Werdani, S.K.M., M.Kes., menjelaskan Kegiatan diawali dengan edukasi mengenai stunting dan pencegahan bayi berat lahir rendah (BBLR). Kader kesehatan dilatih membuat tepung lele, yang kaya akan Omega-3, sebagai bahan PMT yang bernutrisi. Teknik pengolahan yang disosialisasikan berhasil mengatasi kendala bau amis pada ikan lele, membuat tepung ini lebih disukai dan mudah dipadukan dalam berbagai resep PMT, seperti cookies dan roti bolu kering.
Selain pembuatan tepung lele, kader kesehatan juga diperkenalkan dengan konsep lebioponik, yaitu sistem integrasi antara budidaya ikan lele dan tanaman hidroponik dalam satu wadah. Dengan menggunakan alat sederhana seperti ember plastik dan netpot, lebioponik menawarkan solusi pangan berkelanjutan di tingkat rumah tangga.
Salah satu kader peserta Irma (30th) mengungkapkan sangat senang dan antusias sekali dalam pelatihan Pelatihan.
“Saya sangat senang dan antusias sekali! Pelatihan ini membuka wawasan baru bagi kami tentang cara membuat tepung lele yang lebih bernutrisi dan juga lebioponik. Ini pertama kali saya tahu kita bisa mengintegrasikan budidaya lele dan tanaman hidroponik dalam satu wadah.”ungkap Irma.
“Setelah tiga minggu, lebioponik menunjukkan hasil positif baik pada ikan lele maupun tanaman sayur,” Irma lagi.
Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman kader mengenai gizi dan stunting. Rata-rata skor post-test meningkat dari 79,61 menjadi 88,44, mengindikasikan keberhasilan program ini. Para kader berharap, ilmu yang mereka dapatkan dapat diterapkan secara mandiri dan disebarluaskan kepada keluarga lain di desa, guna mencegah stunting lebih efektif.
“ Pelatihan ini menjadi langkah awal dalam memperkuat kolaborasi antara akademisi dan kader kesehatan untuk membangun solusi kesehatan berbasis komunitas, demi mewujudkan generasi sehat dan bebas dari ancaman stunting,” pungkas Kusuma Estu Werdani, S.K.M., M.Kes.,**Red