Ritual Ma Nene Baruppu Pangala, Membersihkan dan Mengganti Pakaian Mayat Berusia Ratusan Tahun

KHAZANAH, LIFESTYLE276 Dilihat

SULSEL, INFODESANEWS – Di Bumi Pong Tiku julukan Kabupaten Toraja Utara (Torut) Sulawesi Selatan (Sulsel) ada tradisi unik. Tradisi tersebut bernama Ma’Nene, begitulah nama ritual itu dikenal di Toraja.

Memang tidak sepopuler dengan upacara Rambu Solo yang diselenggarakan secara meriah dan menghabiskan dana yang cukup besar.

Ma’Nene merupakan kegiatan membersihkan jasad para leluhur yang sudah ratusan tahun meninggal dunia.

Walaupun sudah tidak banyak yang melakukan ritual ini, tapi di beberapa daerah seperti di Pangala’ dan Baruppu masih melaksanakannya secara rutin setiap tahunnya.

Prosesi adat ini diawali dengan berkunjungnya keluarga ke lokasi pemakaman leluhur yang dinamakan Patane/ tempat mayat untuk mengambil jasad anggota keluarga yang telah meninggal.

Jasad yang tersimpan disana bisa mencapai ratusan tahun, karena diberi pengawet.

Selanjutnya, setelah jasad tersebut dikeluarkan dari kuburan, jasad tersebut dibersihkan. Pakaian yang digunakan jasad tersebut digantikan dengan menggunakan kain atau pakaian baru.

Untuk jasad pria akan dipakaikan setelah jas lengkap sampai kacamata, sedangkan untuk jasad wanita akan dikenakan gaun.

Setelah pakaian baru terpasang, jasad tersebut dibungkus dan dimasukan kembali ke Patane. Prosesi selanjutnya, acara di tutup dengan Sisemba’.

Itu adalah momen untuk bersilaturahmi antara keluarga di wilayah tersebut, yang dilakukan setelah makan bersama.

Makanan yang dihidangkan pun tidak boleh sembarangan disajikan, karena harus berasal dari sumbangan setiap keluarga leluhur.

Biasanya ritual Ma’Nene dilakukan serempak dengan anggota keluarga atau satu desa (lembang)

BACA KONTEN LAINNYA ---->
Mau Turunkan Berat Badan?, Inilah 8 Olahraga Yang Bisa Membantu

Ma’nene’ ini bertujuan untuk sanak saudara yang merantau bisa mengatur jadwalnya untk mengunjungi orang tuanya.

Ritual ini memiliki makna lebih yakni, mencerminkan berapa pentingnya hubungan antar anggota keluarga bagi masyarakat Toraja, terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia.

“Salah satu keunikan budaya di Toraja yakni, adanya upacara adat mengganti pakaian mayat para leluhurnya. Upacara ini dikenal dengan nama Ma’nene’.

Dibilang unik dan khas, mengingat ritual Ma’nene dilakukan khusus oleh masyarakat Baruppu Pangala’ di pedalaman Toraja Utara. Ritual Ma’nene’ dilakukan setiap 3 tahun sekali dan biasanya dilakukan pada bulan Agustus.

Mengapa pada bulan tersebut? Karena upacara Ma’nene hanya boleh dilaksanakan setelah panen. Musim panen yakni jatuh bulan Agustus.

Masyarakat adat Toraja percaya jika ritual Ma’nene’ tidak dilakukan sebelum masa panen, maka akan sawah-sawah dan ladang mereka akan mengalami kerusakan dengan banyaknya tikus dan ulat yang datang tiba-tiba.

Sejarah ritual Ma’nene ini berawal dari seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek, yang datang ke hutan pegunungan Balla. Saat itu, Pong Rumasek menemukan sebuah jasad manusia yang telah meninggal dunia dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Oleh Pong Rumasek, jasad itu dibawanya dan dikenakan pakaian yang layak untuk dikuburkan di tempat aman.

Semenjak dari itu, Pong Rumasek berturut-turut mendapatkan berkah. Tanaman pertanian miliknya panen lebih cepat dari waktu biasanya. Saat dia berburu pun, Pong Rumasek kerap kali mendapatkan perburuannya dengan mudah. Dan saat berburu di hutan, Pong Rumasek sering bertemu dengan arwah yang dirawatnya yang kemudian arwah tersebut ikut membantu dalam perburuan Pong Rumasek sebagai petunjuk jalannya.

BACA KONTEN LAINNYA ---->
Dieng Plateau: Negeri di Atas Awan yang Memikat Wisatawan

Dengan adanya peristiwa tersebut, Pong Rumasek beranggapan bahwa jasad orang yang telah meninggal sekalipun harus tetap harus dirawat dan dihormati, meskipun jasad tersebut sudah tidak berbentuk lagi.

Pong Rumasek lalu mewariskan amanahnya kepada penduduk Baruppu. Dan oleh penduduk Baruppu, amanah Pong Rumasek tetap terjaga dengan terus dilaksanakannya ritual Ma’nene’ tersebut.

Prosesi Ma’nene’ itu sendiri diawali dengan mengunjungi lokasi tempat dimakamkan para leluhur masyarakat setempat yakni, di pekuburan Patane di Lembang (Desa) Paton. Para mayat leluhur mereka disimpan di dalam peti yang telah diberi pengawet.

Sebelum dibuka dan di angkat dari peti, para tetua yang biasa dikenal dengan nama Ne’ Tomina Lumba, membacakan doa dalam bahasa Toraja Kuno. Setelah itu, mayat tersebut diangkat dan mulai dibersihkan dari atas kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan kuas atau kain bersih. Setelah itu, barulah mayat tersebut dipakaikan baju yang baru dan kemudian kembali dibaringkan di dalam peti tadi.

Selama prosesi tersebut, sebagian kaum lelaki membentuk lingkaran menyanyikan lagu dan tarian yang melambangkan kesedihan. Lagu dan gerak tarian tersebut guna untuk menyemangati para keluarga yang ditinggalkan.** dari berbagai sumber/Yustus