JAKARTA, INFODESANEWS – Berbagai aspek kehidupan adalah salah satu bahasa.” Seperti era milenial dengan problematika mengalami degradasi dalam kualitas berbahasa Indonesia.
Berbicara sastra yang tingkatannya lebih tinggi dari sekedar berbahas dan sangat jarang sekali menggunakan bahasa yang baik dan benar, cenderung kasar dengan berbagai panggilan untuk karakteristik tertentu.
Hingga rendahnya kemampuan memilih kata (diksi).” sehingga menghadirkan sebuah perkataan yang jauh dari lembut dan ketimuran.
Jejaring sosial (social media) menjadi tempat terfavorit untuk generasi milenial sekarang dalam berekspresi, ruang untuk berbicara.
Ditempat ini sering kita jumpai ujaran kebencian, kualitas “status” yang jauh dari bahasa yang baik dan sopan. Sungguh jauh dari karakteristik masyarakat yang mengamalkan Pancasila.
Pancasila lahir dengan diksi terbaik dari bahasa tingkat tinggi, sejenak bila kita melihat tiap silanya. Sila pertama misalnya yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa.
Sebuah kalimat yang memiliki makna mendalam tentang pentingnya hidup berketuhanan, yang saling bertoleransi dalam menjalankan setiap ajaran.
Andai saja generasi saat ini mengamalkan satu saja dari Pancasila ini, tentu setiap ucapannya, setiap perkataannya akan mencerminkan mahluk yang taat kepada Tuhan.
Ucapan akan baik, setiap kata yang dikeluarkan benar-benar dipikirkan, jangan sampai Tuhan murka akan perkataan kita yang secara bahasa tidak bagus dan dapat membuat sakit hati banyak orang.
Contoh lain yang dapat kita temui adalah diksi dalam sila kelima Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebuah kalimat yang dalam, pemilihan kata Keadilan adalah hal yang luar biasa, kenapa tidak memilih kata “pemerataan”. karena keadilan tidak hanya bicara tentang pembagian yang merata, tetapi maknanya lebih luas. Begitulah bahasa Pancasila yang begitu baik dan berkualitas”, kata Gus pangilan akrab dihadapan awak media, Kamis (1/2/24).
Sebuah pertanyaan yang harus kita jawab bersama, apakah ada korelasinya ketika sebuah generasi yang “tidak cinta” Pancasila akan menyebabkan degradasi berbahasa?.
Secara pribadi saya mengakui bahwa masyarakat yang tidak berhati Pancasila akan sangat mudah untuk mengalami degradasi dalam berbahasa, karena bahasa seyogyanya adalah cerminan hati.
Jika hati bersih maka bahasa yang keluar pun akan bersih dan lembut, sebaliknya apabila hati kotor, penuh kebencian, penuh emosi maka bahasa yang digunakan pasti kasar”, tandasnya.(red)