Ketua MATAKIN Bangga Miliki Gus Dur, Kalau di India ada Gandhi, di Indonesia ada Gus Dur

banner 728x90

Semarang, Infodesanews.com – Seorang tokoh akan menjadi abadi jika memiliki ideologi dan pergerakan yang sepadan, konsisten dan totalitas. Hal demikian ini tercermin dari acara khaul Gus Dur yang diselenggarakan oleh para kader muda Nadhlatul Ulama kota Semarang (23/12/2017) di gedung balai kota Semarang.

Ketua MATAKIN (Majlis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia) Jateng, Harjanto Halim memberikan pendapatnya tentang Gus Dur saat diwawancarai. Harjanto menyatakan Gus Dur sebagai tokoh panutan yang berjuang secara total, tanpa pamrih.

“Jelas, sosok Gus Dur tidak bisa dilepaskan secara emosional dari etnis Tionghoa dan saya secara pribadi sangat mengagumi sosok beliau yang betul-betul memperjuangkan keberagaman di Indonesia tanpa pamrih dan totalitas. Kata Harjanto. “Beliau betul-betul menyadari keberagaman dan beliau pun tidak meninggalkan keislamannya. Malah justru sangat menunjukkan keislamannya dengan membawa adem.” Imbuhnya.

BACA SELENGKAPNYA :  Bupati Banyumas Pimpin Kemah Kebhinekaan di Agro Karang Pangiyongan

“Menurut saya, sosok pemuka dan pemimpin agama harusnya yang demikian. Jadi, agama yang dibawanya harus membawa adem bagi seluruh umat, umat lain utamanya, dan itu luar biasa. Artinya beliau telah melampaui sekat-sekat yang ada, entah itu mungkin sekat agama, sekat etnis dan yang lainnya, biasanya kan masih ada spasi. Itu ditunjukkan oleh Gus Dur, dan saya sebagai anak bangsa merasa bangga” Tegasnya. “Kalau di luar mungkin ada Ibu Tereshia, ada Gandhi, di Indonesia ada Gus Dur. Semangat Gus Dur ini harus dihidupkan, artinya dipertajam sehingga muncul nanti Gus Dur-us Dur baru di hati semua anak bangsa.” Ungkapnya dengan bangga.

Testimoni H Ismail menyatakan hal serupa, Gus Mail (demikian ia biasa disapa) dengan gamblang menerangkan betapa Gus Dur adalah tokoh yang luar biasa. Di hadapan para tokoh muda, senior Banser, dan tamu undangan, Pembina Banser Semarang tersebut juga menunjukkan bahwa cara pandang Gus Dur terhadap manusia sangat manusiawi dan berdasarkan kedalaman ilmunya.

BACA SELENGKAPNYA :  Paguyuban SSL-SKD Terus Berinovasi Dengan Bahan Dasar Bogol Pisang Jadi Olahan Pangan

“Pada zaman pertengahan, era Imam Ghazali ada istilah zindiq. Ini berbeda dengan kafir zindiq. Katanya. “Manusia di mata Gus Dur itu tidak dibatasi oleh hal-hal duniawi. Gus Dur dalam melihat manusia itu telanjang, dalam artian tidak pernah memandang berdasarkan atribut. Entah itu jabatan, seragam dan sebagainya.” Demikian Gus Mail menuturkan. “Beliau selalu menyandarkan segala sesuatu karena Allah, dengan tujuan menghilangkan cerca yang ada pada orang lain” pungkasnya.

banner 728x90