SOLO –INFODESANEWS.COM | Kota Solo ternyata menyimpan history sejarah dan budaya yang perlu kita jaga dan lestarikan. Salah satunya adalah ‘Monumen Perisai Pancasila’.
Keberadaan monumen ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya melalui keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta No 646/116/1997. Didalam prasastinya telah tercatat sebagai Cagar Budaya No. 25-58/E/Jb/2012, yang ditetapkan sejak November 2012.
Berdasarkan catatan sejarah dan cerita warga sekitar, sejarah monumen ini didirikan oleh salah satu pejuang daerah yaitu Tukidjo Marto Atmodjo. Ketika itu Beliau menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Karya Dharma Pancasila. Sedangkan tujuan dibangunnya monumen itu tak lain untuk mengenang jasa teman-teman seperjuangannya. Sekaligus sebagai pengingat bagi generasi penerus bangsa akan pentingnya Pancasila. Termasuk Bhinneka Tunggal Ika sebagai pemersatu bangsa.
Menurut penuturan para sesepuh di YKDP, menginformasikan bahwa Tukidjo Marto Atmodjo merupakan cikal bakal pendiri AUB Surakarta. Yang belakangan dikenal sebagai perguruan tinggi dengan pondasi nilai-nilai Pancasila. Terlebih, dengan pemikiran ke depan Beliau bahwa perjuangan bisa ditempuh melalui pendidikan. Terbukti sampai sekarang pendidikan sangat penting sekali. Salah satu tujuan utama harus memiliki nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam pembelajarannya. Termasuk pemahaman Pancasila dalam implementasinya.
Sebuah fenomena menarik, setiap kali peringatan Hari Lahir Pancasila, generasi penerus Yayasan Karya Dharma Pancasila (YKDP) Surakarta yang menaungi perguruan tinggi AUB Surakarta melakukan prosesi napak tilas ke Monumen Perisai Pancasila. Guna mengenang perjuangan para pendahulu, sekaligus menjadi penyemangat dalam meneruskan perjalanan AUB Surakarta.
“Harapan kami tidak hanya perguruan tinggi AUB Surakarta saja yang terlibat. Tapi juga seluruh masyarakat Indonesia harus memiliki jiwa Pancasila. Karena hal itu merupakan salah satu kekuatan pemersatu melalui Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” jelas Ketua YKDP Surakarta, Dr Anggoro Panji Nugroho SE, MM, baru-baru ini.
Di sisi lain, menurut Anggoro pendekatan ke Pancasilaan bisa dilakukan dengan cara berbeda. Yaitu dengan mengedepankan nilai-nilai Pancasila yang bisa diimplementasikan dalam dunia pendidikan di perguruan tinggi.
Menurut Anggoro, jiwa Pancasila sudah mendarah daging. Terbukti setiap kegiatan YKDP selalu mensuport berbagai kegiatan yang berkaitan dengan seni budaya yang merupakan salah satu unsur pemersatu bangsa. “Paling tidak untuk catatan sejarah sudah kita masukkan dalam buku wisuda AUB Surakarta,” tegas Anggoro yang merupakan generasi ketiga dari penerus YKDP Surakarta.
Di sisi lain Anggoro juga berharap kepada seluruh civitas akademika perguruan tinggi AUB Surakarta tentang pentingnya nguri-nguri universitas dan kampus yang ber-Pancasila. Karena jarang sekali ada di Indonesia, terutama perguruan tinggi yang sangat menjunjung tinggi nilai nasionalis dan Pancasila yang sangat kental. (*/listyono/red slo)