Pangkogabwilhan III Dialog Bersama Masyarakat Adat dan Tokoh Agama

NASIONAL2 Dilihat
banner 728x90

SENTANI – Pangkogabwilhan III Letjen TNI I Nyoman Cantiasa, S.E., M.Tr.(Han) melanjutkan kunjungan kerjanya di Jayapura guna berdialog, bersilaturahmi, serta menyapa lebih dekat para Tokoh Agama dan Tokoh Adat Papua di Gereja Bethel Indonesia “Jemaat Bless Papua Ministry” Sentani Jayapura, Senin (16/05/2022).

Pada kesempatan tersebut, Pangkogabwilhan III mengatakan bahwa keberadaan agama sejatinya agar manusia menjadi baik dan memajukan peradaban umat manusia sehingga tercipta suasana yang harmonis, namun sebaliknya akan berdampak negatif bila agama itu disalah gunakan untuk kepentingan alat politik.

Mengutip pernyataan Presiden Soekarno “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.” Pangkogabwilhan III mengingatkan para tokoh yang notabene memiliki kharisma, Power dan pengaruh tersebut agar jangan sampai mau diadu domba dan terprovokasi sehingga merusak kedamaian di Papua mengingat korban yang ditimbulkan oleh konflik tersebut adalah rakyat dan kita bersama-sama memiliki mindset untuk menciptakan kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat Papua.

“Kita harus bangga sebagai Warga Negara Indonesia dengan kekayaan adat budaya serta situasi damai yang ada di Indonesia, kondisi damai tersebut tidak lepas dari peran para Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat yang ada di Papua. Saya berharap ini dapat diteruskan, saya mengapresiasi atas kerja keras Bapak-bapak para Tokoh-tokoh Agama karena telah melakukan pembinaan, pendampingan, menggembala umat dan sebagainya,” terang mantan Danrem 173/PVB Biak tersebut.

BACA SELENGKAPNYA :  Peduli Bencana Banjir, PCNU Pati Dirikan Posko NU Peduli

Lebih lanjut Pangkogabwilhan III menegaskan, bahwa negara ini dibangun atas kesepakatan seluruh anak bangsa yang walau berbeda suku, agama, ras dan golongan, tapi kita Bhineka Tunggal Ika, yang memiliki tujuan, harapan dan cita-cita yang sama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jangan tinggalkan Air Mata buat anak cucu tapi mari kita tinggalkan Mata Air – mata air untuk kelangsungan hidup di masa mendatang, biarkan anak-anak kita mendapatkan Hak untuk sekolah, hak untuk bermain mendapat kebebasan agar pintar dan kelak untuk bangun Tanah Papua.

“Saya jadi orang Bali karena saya lahir di Bali, agama saya Hindu karena orang tua saya Hindu, mungkin kalau saya lahir di Papua ini, maka saya jadi orang Papua. Inilah yang perlu dipahami, jangan karena perbedaan suku ras agama dan golongan ini menjadikan kita diadu domba. Kalau kita platformnya kedamaian, maka semua konflik akan selesai dan tercipta kedamaian, tetapi kalau platformnya bukan kedamaian, maka jangan berharap damai yang kita dapat,” jelas mantan Pangdam XVIII/Kasuari itu.

BACA SELENGKAPNYA :  Inovasi Karya Mahasiswa Unikama, Warung Hidup Sebagai Alternatif Lahan Sempit

Dalam kegiatan ini, Pangkogabwilhan III didampingi Wakapolda Papua (Brigjen Pol Dr. Eko Rudi Sudarto, S.I.K., M.Si.), Pejabat Kodam XVII/Cen, Danrem 172/PWY (Brigjen TNI Izak Pangemanan), Marsma TNI Budi Achmadi (Danlanud Silas Papare) dan Letkol Inf R. Sangari (Dandim 1701/JPR). Juga turut hadir sekitar 50 Tokoh Agama dan Tokoh Adat di antaranya para Pendeta, Sinode GKI, Bethel Indonesia, para Kelasis, Perwakilan dari FKUB Prop. Papua, Pendeta Jimi yang mewakili Presiden GIDI, Pendeta dari GPDI beserta Pendeta lainnya termasuk Tokoh Adat Ondofolo Kampung Sereh beserta Ondoafi lainnya, Kepala Suku Kampung Kehiran dan Ketua HKJM Kab. Jayapura dan lain-lain yang hadir beserta unsurnya. (@Gus)

banner 728x90