LUTRA(SULSEL), INFODESANEWS – Tidak ada kata siap dalam menghadapi bencana. Yang ada hanya lebih siap dalam menghadapi bencana yang terlihat dari tren korban jiwa dan kerusakan terus menurun. Untuk menciptakan tren menurun ini, diperlukan langkah-langkah untuk mengurangi risiko bencana dan merubah paradigma.
Hal ini dikatakan Kepala Bencana Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) Luwu Utara, Muslim Muhtar pada media ini,Selasa(11/2/2020) menyebutkan bahwa, bencana itu adalah suatu hal yang kompleks, multidisiplin, unik, border less dan memiliki ketidakpastian yang tinggi.
“Untuk menghadapi bencana, kita harus mengubah paradigma. Jangan hanya pasrah. Karena dengan manajemen yang tepat, bencana itu dapat dicegah,”ujar Muslim Muhtar mantan Kepala Dinas KUKM dan mantan Camat Sukamaju.
Ia menyebutkan dengan kondisi Bumi Lamaranginang julukan Kabupaten Luwu Utara yang rawan bencana banjir, longsor seharusnya Lutra bisa mengubah tantangan menjadi peluang.
“Dengan banyaknya kejadian, sudah bisa jadi laboratorium bencana. Sehingga, jika kita mau mempelajari maka Luwu Utara akan bisa menjadi pusat industri solusi atas kejadian alam sehingga bisa menghindari bencana,”paparnya.
Muslim Muhtar menyebutkan bahwa tidak ada negara yang siap menghadapi bencana. Yang ada hanya lebih siap menghadapi bencana berikutnya.
Intinya adalah mengurangi korban jiwa dan kerusakan yang terjadi. Kalau ternyata trennya terus menurun setiap kali, maka bisa dikatakan penanggulangan bencananya berhasil,” ucapnya.
Atas dasar hal ini, pemerintah melalui BNPB dan BPBD setiap Kabupaten dan semua instansi terkait mengeluarkan empat langkah prioritas untuk pengurangan risiko bencana.
“Yang pertama adalah meningkatkan pemahaman risiko bencana. Dalam artian, masyarakat bisa mengerti resiko dari setiap bencana dan tahu harus bagaimana saat bencana terjadi,” urai Muslim Muhtar.
Yang kedua adalah memperkuat tata kelola risiko bencana dan manajemen resiko bencana.
Ketiga Investasi untuk ketangguhan terhadap resiko bencana.
Dan yang ke empat, menurutnya adalah meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respon yang efektif dan untuk Build Back Better dalam pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Dengan melihat sejarah, seharusnya mitigasi bencana Indonesia sudah menjadi keharusan dan tidak menimbulkan korban jiwa yang banyak dan membangun sinergi dan kolaborasi antar instansi dan anar stakehorder lainnya, maka semua harapan dan dalam upaya penanggulangan bencana dapat diwujudkan dengan keterlibatan selyruh pihak terkait.(yustus)