Kalimat Bijak!!! Optimisme Lombok Utara Bangkit

OPINI175 Dilihat

NASIONAL, INFODESANEWS | Orang-orang optimis melihat bunga mawar, bukan durinya. Orang-orang pesimis terpaku pada duri dan melupakan mawarnya.” (Khalil Gibran).” Hal ini Sepenggal kalimat bijak di atas mengajak kita selalu berpikir optimis termasuk dalam kondisi yang kurang baik sekalipun. Di tengah ranting yang penuh duri tak dapat ditebak terdapat bunga mawar yang sangat indah nan wangi.

Demikian pula ketika menghadapi semenjana kondisi yang mengalirkan dampak negatif terhadap kesehatan, sosial, dan perekonomian. Dibalik situasi saat ini, kita mesti berpadupadan untuk meningkatkan optimisme kolektif antar seluruh elemen mengatasi keadaan sendu pilu dalam keluarga batih bumi Tioq Tata Tunaq.

Peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Kantor Bupati Lombok Utara pada pada 31 Maret 2022 adalah saat yang tepat untuk membangun optimisme di tengah beratnya tantangan yang kita hadapi. Lombok Utara punya modal kekuatan sosial untuk terus tumbuh dan bergerak maju pada masa mendatang.

Diusia 13 tahun, daerah ini masih dibayangi berbagai problematika akibat terpaan bala bencana, gempa bumi 2018 dan badai Covid-19. Kendatipun berasa sungguh berat, momen konstruksi kantor pusat pemerintahan Lombok Utara tersebut justru harus menjadi penguat dan sekaligus penyadaran bersama sebagaimana tujuan emik kita berotonomi daerah.

Memang bukan perkara mudah menggaungkan optimisme bangkit menatakelola sendi-sendi kehidupan berdaerah disaat masa sulit sejak empat tahun terakhir. Terasa sekali mengganggu kemampuan kita dalam hampir seluruh ladang kehidupan berdaerah. Harapan besar keluar dari belenggu senja keadaan tetap harus dibangkitkan dan dikobarkan secara kontinyu di tengah fluktuasi kehidupan saat ini.

Optimisme sebagai suatu keniscayaan hidup. Ia tak ubahnya menjadi pendorong kita untuk melangkah lebih percaya diri. Apa pun tantangan yang kita hadapi, mesti selalu disikapi dengan “energi  positif” sebagai daya kita dalam menatap cerahnya pelangi masa depan, bahwa di ujung sana ada harapan yang hendak digapai.” Itulah sekelebat penyebab kita mesti berpikir positif dan teguh menyerunai keyakinan menatap hari esok yang jauh lebih baik dibandingkan hari ini.

Satu hal yang barangkali tidak boleh luput dari memori kita bahwa keberuntungan itu apabila hari ini lebih baik dibandingkan kemarin dan hari esok akan lebih baik dibandingkan hari ini. Bukan sebaliknya! Hari ini justru lebih buruk dibandingkan kemarin. Bila demikian, maka kita termasuk orang yang merugi. Dan pastinya, kita tidak ingin mendapat stigma orang merugi.

Maka, sebaiknya pikiran kita harus diarahkan ke hal-hal positif. Membangun kondisi yang demikian, kita perlu membiasakan membangun budaya optimisme. Namun, dalam membangun budaya optimis pun kita tidak boleh terjebak oleh skenario drama fantasi kehidupan. Melihat hari esok atau mengenang masa silam hanya sebuah frame ilusi belaka. Bukan melihat masa silam sebagai introspeksi diri – memperbaiki diri – yang dinilai kurang, menatap hari esok dengan semangat dan kerja keras.

Semangat inilah yang seharusnya kita reform dalam tatanan budaya praktis-pragmatis yang sifatnya sesaat. Bilamana demikian misalnya, maka terlalu sempit kita memandang arti hidup dan kemana kita tepikan tujuan hidup. Sebab, kita sudah terjebak dengan sesuatu yang ilusi, melihat segala ukuran hanya dari sudut pandang sepihak. Memang terlihat indah bahkan mempesona, akan tetapi tidak didukung oleh pondasi yang kuat dalam menatap Lombok Utara ke depan jauh lebih baik.

 Walaupun saya hanya orang awam dalam pendekatan futuristik, namun ada semacam “getaran” dalam melihat semangat pembangunan daerah ini setelah berdiri tiga belas tahun silam dan bahkan getaran itu cenderung menguat sejak beberapa tahun terakhir.

Jujur, semangat pemimpin kita membangun infrastruktur membuat saya tercengang, sebagaimana pembangunan kantor pusat pemerintahan Lombok Utara yang digroundbreaking beberapa hari yang lalu. Ia tidak kebetulan, bukan mimpi dan ilusi, bukan pula pemanis “topping-topping ” dalam membuat cake  yang boleh jadi hanya sedap dipandang mata. Pembangunan ini merupakan sikap optimisme pemimpin dalam mengantarkan bumi Tioq Tata Tunaq (Ita Tunaq) menuju kemaslahatan.

Secara pararel, pemerintah daerah berencana pula membangun jalan lingkar utara ditahun yang sama (2022). Bahkan tidak tertutup kemungkinan kedepan akan dibangun pula jalan jalur dua arah di tengah Kota Tanjung (Ibu Kota Lombok Utara) membentang dari Sokong hingga Kepolisian Sektor Tanjung.

Tidak muluk-muluk, apa yang kerjakan pemerintah daerah saat ini sebagai pondasi dalam membangun optimisme kolektif. Itulah sebabnya, kita mesti optimis tahun depan pemulihan keadaan secara bertahap akan mulai menampakkan hasil.

Saya menaruh harapan dari sikap pemimpin demikian. Saya bukan pakar yang cekatan merumuskan kebijakan untuk diimplementasikan. Sekali lagi, saya hanya “orang awam”. Akan tetapi, saya punya harapan cerah bahwa kelak anak-anak dan cucu-cucu kita akan bangga mengatakan bahwa ia orang Lombok Utara.

Penuh keragamanan dan penuh keramatamahan yang terikat kuat dalam kebhinekaan berbalut “mempolong merenten”. Saya bangga atas keterikatan demikian. Memang, itulah kita dalam kesejati-dirian sebenarnya.

Norma guyub rukun yang telah puluhan tahun terawat dan teruji dalam dinamika sejarah nenek moyang kita bahkan hingga kini. Dalam konteks ini, perlu kita ingat filosofi “sapu lidi”

Ia baru bermanfaat dan berarti jika bersatu dalam ikatan. Namun bilamana tercerai-berai, elemen-elemennya tidak lagi mampu memberi manfaat bagi kita. Itulah kesederhanaan saya dalam melihat  keberagaman (pluralisme) di Dayan Gunung (KLU).

Saya optimis kita tetap utuh dalam ikatan mempolong merenten yang bukan hanya sekedar ucapan, namun terpancar pula dalam perilaku dan tindakan. Mari kita bangun rasa optimisme untuk mengantarkan daerah ini maju laiknya daerah-daerah lainnya di Indonesia.(sastro)

Berita Terkait

Baca Juga